
Kumpulan 99 Asmaul Husna Gambar Arab Latin dan Artinya
Sangat dilarang bagi teman teman semua yang ingin menamai anaknya dengan nama nama Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai mana hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam berikut ini. “Sesungguhnya nama yang paling hina di sisi Allah adalah seseorang yang bernama Malikul-Amlâk (Raja semua raja) Tidak ada raja kecuali Allah ‘azza wa jalla.” HR Muslim 20/2143.
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam melarang menggunakan nama tersebut, karena di dalamnya terdapat suatu penyerupaan dengan Allah pada nama dan sifat-Nya. Ini semua untuk menjaga tauhid, menjaga hak Allah dan menutup pintu-pintu menuju kesyirikan pada ucapan-ucapan manusia. Karena bisa saja, dengan nama-nama yang sebenarnya hanya dikhususkan untuk Allah, seseorang menyangka bahwa selain Allah yang menggunakan nama tersebut juga memiliki sifat-sifat yang terkandung pada nama tersebut. Ini termasuk syirik.
Mâlikul-Amlâk (Raja semua raja) adalah Allah. Tidak ada yang berhak memiliki gelar itu kecuali Allah. Oleh karena itu, para ulama sepakat akan terlarangnya menggunakan nama-nama jenis ini untuk makhluk-Nya [Al-Mausû’ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah (XI/335-336)]. Di negara kita banyak orang yang menggunakan nama-nama yang seperti ini atau dipanggil dengan nama-nama tersebut, seperti: Rahmân, Shamad, Khâliq, Razzâq dll hal ini tentu tidak diperbolehkan.
Asmaul Husna
No.
|
Nama
|
Arab
|
Indonesia
|
Inggris
|
---|---|---|---|---|
Allah
|
اَللّهُ
|
Allah
|
Allah
|
|
1
|
Ar Rahman
|
الرَّحْمَنُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Pemurah
|
The All Beneficent
|
2
|
Ar Rahiim
|
الرَّحِيمُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Penyayang
|
The Most Merciful
|
3
|
Al Malik
|
الْمَلِكُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Merajai/Memerintah
|
The King, The Sovereign
|
4
|
Al Quddus
|
الْقُدُّوسُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Suci
|
The Most Holy
|
5
|
As Salaam
|
السَّلاَمُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Memberi Kesejahteraan
|
Peace and Blessing
|
6
|
Al Mu’min
|
الْمُؤْمِنُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Memberi Keamanan
|
The Guarantor
|
7
|
Al Muhaimin
|
الْمُهَيْمِنُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Pemelihara
|
The Guardian, the Preserver
|
8
|
Al ‘Aziiz
|
الْعَزِيزُ
|
Yang Memiliki Mutlak Kegagahan
|
The Almighty, the Self Sufficient
|
9
|
Al Jabbar
|
الْجَبَّارُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Perkasa
|
The Powerful, the Irresistible
|
10
|
Al Mutakabbir
|
الْمُتَكَبِّرُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Megah, Yang Memiliki Kebesaran
|
The Tremendous
|
11
|
Al Khaliq
|
الْخَالِقُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Pencipta
|
The Creator
|
12
|
Al Baari’
|
الْبَارِئُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Melepaskan (Membuat, Membentuk, Menyeimbangkan)
|
The Maker
|
13
|
Al Mushawwir
|
الْمُصَوِّرُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Membentuk Rupa (makhluknya)
|
The Fashioner of Forms
|
14
|
Al Ghaffaar
|
الْغَفَّارُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Pengampun
|
The Ever Forgiving
|
15
|
Al Qahhaar
|
الْقَهَّارُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Memaksa
|
The All Compelling Subduer
|
16
|
Al Wahhaab
|
الْوَهَّابُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Pemberi Karunia
|
The Bestower
|
17
|
Ar Razzaaq
|
الرَّزَّاقُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Pemberi Rejeki
|
The Ever Providing
|
18
|
Al Fattaah
|
الْفَتَّاحُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Pembuka Rahmat
|
The Opener, the Victory Giver
|
19
|
Al ‘Aliim
|
اَلْعَلِيْمُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Mengetahui (Memiliki Ilmu)
|
The All Knowing, the Omniscient
|
20
|
Al Qaabidh
|
الْقَابِضُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Menyempitkan (makhluknya)
|
The Restrainer, the Straightener
|
21
|
Al Baasith
|
الْبَاسِطُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Melapangkan (makhluknya)
|
The Expander, the Munificent
|
22
|
Al Khaafidh
|
الْخَافِضُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Merendahkan (makhluknya)
|
The Abaser
|
23
|
Ar Raafi’
|
الرَّافِعُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Meninggikan (makhluknya)
|
The Exalter
|
24
|
Al Mu’izz
|
الْمُعِزُّ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Memuliakan (makhluknya)
|
The Giver of Honor
|
25
|
Al Mudzil
|
المُذِلُّ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Menghinakan (makhluknya)
|
The Giver of Dishonor
|
26
|
Al Samii’
|
السَّمِيعُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mendengar
|
The All Hearing
|
27
|
Al Bashiir
|
الْبَصِيرُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Melihat
|
The All Seeing
|
28
|
Al Hakam
|
الْحَكَمُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Menetapkan
|
The Judge, the Arbitrator
|
29
|
Al ‘Adl
|
الْعَدْلُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Adil
|
The Utterly Just
|
30
|
Al Lathiif
|
اللَّطِيفُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Lembut
|
The Subtly Kind
|
31
|
Al Khabiir
|
الْخَبِيرُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengetahui Rahasia
|
The All Aware
|
32
|
Al Haliim
|
الْحَلِيمُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penyantun
|
The Forbearing, the Indulgent
|
33
|
Al ‘Azhiim
|
الْعَظِيمُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Agung
|
The Magnificent, the Infinite
|
34
|
Al Ghafuur
|
الْغَفُورُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pengampun
|
The All Forgiving
|
35
|
As Syakuur
|
الشَّكُورُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pembalas Budi (Menghargai)
|
The Grateful
|
36
|
Al ‘Aliy
|
الْعَلِيُّ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Tinggi
|
The Sublimely Exalted
|
37
|
Al Kabiir
|
الْكَبِيرُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Besar
|
The Great
|
38
|
Al Hafizh
|
الْحَفِيظُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Menjaga
|
The Preserver
|
39
|
Al Muqiit
|
المُقيِت
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pemberi Kecukupan
|
The Nourisher
|
40
|
Al Hasiib
|
الْحسِيبُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Membuat Perhitungan
|
The Reckoner
|
41
|
Al Jaliil
|
الْجَلِيلُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mulia
|
The Majestic
|
42
|
Al Kariim
|
الْكَرِيمُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pemurah
|
The Bountiful, the Generous
|
43
|
Ar Raqiib
|
الرَّقِيبُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengawasi
|
The Watchful
|
44
|
Al Mujiib
|
الْمُجِيبُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengabulkan
|
The Responsive, the Answerer
|
45
|
Al Waasi’
|
الْوَاسِعُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Luas
|
The Vast, the All Encompassing
|
46
|
Al Hakiim
|
الْحَكِيمُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maka Bijaksana
|
The Wise
|
47
|
Al Waduud
|
الْوَدُودُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pencinta
|
The Loving, the Kind One
|
48
|
Al Majiid
|
الْمَجِيدُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mulia
|
The All Glorious
|
49
|
Al Baa’its
|
الْبَاعِثُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Membangkitkan
|
The Raiser of the Dead
|
50
|
As Syahiid
|
الشَّهِيدُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Menyaksikan
|
The Witness
|
51
|
Al Haqq
|
الْحَقُّ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Benar
|
The Truth, the Real
|
52
|
Al Wakiil
|
الْوَكِيلُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memelihara
|
The Trustee, the Dependable
|
53
|
Al Qawiyyu
|
الْقَوِيُّ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Kuat
|
The Strong
|
54
|
Al Matiin
|
الْمَتِينُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Kokoh
|
The Firm, the Steadfast
|
55
|
Al Waliyy
|
الْوَلِيُّ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Melindungi
|
The Protecting Friend, Patron, and Helper
|
56
|
Al Hamiid
|
الْحَمِيدُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Terpuji
|
The All Praiseworthy
|
57
|
Al Mushii
|
الْمُحْصِي
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengkalkulasi
|
The Accounter, the Numberer of All
|
58
|
Al Mubdi’
|
الْمُبْدِئُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memulai
|
The Producer, Originator, and Initiator of all
|
59
|
Al Mu’iid
|
الْمُعِيدُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengembalikan Kehidupan
|
The Reinstater Who Brings Back All
|
60
|
Al Muhyii
|
الْمُحْيِي
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Menghidupkan
|
The Giver of Life
|
61
|
Al Mumiitu
|
اَلْمُمِيتُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mematikan
|
The Bringer of Death, the Destroyer
|
62
|
Al Hayyu
|
الْحَيُّ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Hidup
|
The Ever Living
|
63
|
Al Qayyuum
|
الْقَيُّومُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mandiri
|
The Self Subsisting Sustainer of All
|
64
|
Al Waajid
|
الْوَاجِدُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penemu
|
The Perceiver, the Finder, the Unfailing
|
65
|
Al Maajid
|
الْمَاجِدُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mulia
|
The Illustrious, the Magnificent
|
66
|
Al Wahiid
|
الْواحِدُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Tunggal
|
The One, The Unique, Manifestation of Unity
|
67
|
Al ‘Ahad
|
اَلاَحَدُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Esa
|
The One, the All Inclusive, the Indivisible
|
68
|
As Shamad
|
الصَّمَدُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Dibutuhkan, Tempat Meminta
|
The Self Sufficient, the Impregnable, the Eternally Besought of All, the Everlasting
|
69
|
Al Qaadir
|
الْقَادِرُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Menentukan, Maha Menyeimbangkan
|
The All Able
|
70
|
Al Muqtadir
|
الْمُقْتَدِرُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Berkuasa
|
The All Determiner, the Dominant
|
71
|
Al Muqaddim
|
الْمُقَدِّمُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mendahulukan
|
The Expediter, He who brings forward
|
72
|
Al Mu’akkhir
|
الْمُؤَخِّرُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengakhirkan
|
The Delayer, He who puts far away
|
73
|
Al Awwal
|
الأوَّلُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Awal
|
The First
|
74
|
Al Aakhir
|
الآخِرُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Akhir
|
The Last
|
75
|
Az Zhaahir
|
الظَّاهِرُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Nyata
|
The Manifest; the All Victorious
|
76
|
Al Baathin
|
الْبَاطِنُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Ghaib
|
The Hidden; the All Encompassing
|
77
|
Al Waali
|
الْوَالِي
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memerintah
|
The Patron
|
78
|
Al Muta’aalii
|
الْمُتَعَالِي
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Tinggi
|
The Self Exalted
|
79
|
Al Barri
|
الْبَرُّ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penderma
|
The Most Kind and Righteous
|
80
|
At Tawwaab
|
التَّوَابُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penerima Tobat
|
The Ever Returning, Ever Relenting
|
81
|
Al Muntaqim
|
الْمُنْتَقِمُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penuntut Balas
|
The Avenger
|
82
|
Al Afuww
|
العَفُوُّ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pemaaf
|
The Pardoner, the Effacer of Sins
|
83
|
Ar Ra`uuf
|
الرَّؤُوفُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pengasih
|
The Compassionate, the All Pitying
|
84
|
Malikul Mulk
|
مَالِكُ الْمُلْكِ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Penguasa Kerajaan (Semesta)
|
The Owner of All Sovereignty
|
85
|
Dzul Jalaali Wal Ikraam
|
ذُوالْجَلاَلِ وَالإكْرَامِ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan
|
The Lord of Majesty and Generosity
|
86
|
Al Muqsith
|
الْمُقْسِطُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Adil
|
The Equitable, the Requiter
|
87
|
Al Jamii’
|
الْجَامِعُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengumpulkan
|
The Gatherer, the Unifier
|
88
|
Al Ghaniyy
|
الْغَنِيُّ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Berkecukupan
|
The All Rich, the Independent
|
89
|
Al Mughnii
|
الْمُغْنِي
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memberi Kekayaan
|
The Enricher, the Emancipator
|
90
|
Al Maani
|
اَلْمَانِعُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mencegah
|
The Withholder, the Shielder, the Defender
|
91
|
Ad Dhaar
|
الضَّارَّ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memberi Derita
|
The Distressor, the Harmer
|
92
|
An Nafii’
|
النَّافِعُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memberi Manfaat
|
The Propitious, the Benefactor
|
93
|
An Nuur
|
النُّورُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Bercahaya (Menerangi, Memberi Cahaya)
|
The Light
|
94
|
Al Haadii
|
الْهَادِي
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pemberi Petunjuk
|
The Guide
|
95
|
Al Baadii
|
الْبَدِيعُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pencipta
|
Incomparable, the Originator
|
96
|
Al Baaqii
|
اَلْبَاقِي
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Kekal
|
The Ever Enduring and Immutable
|
97
|
Al Waarits
|
الْوَارِثُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pewaris
|
The Heir, the Inheritor of All
|
98
|
Ar Rasyiid
|
الرَّشِيدُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pandai
|
The Guide, Infallible Teacher, and Knower
|
99
|
As Shabuur
|
الصَّبُورُ
|
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Sabar
|
The Patient
|
Hafal 99 Asmaul Husna Masuk Surga?
Penyimpangan Terhadap Al Asma Al Husna
Keindahan 99 Asmaul Husna
Al-Khabir yang Maha Mengetahui Perkara yang Tersembunyi
asmaul husna
Bacaan Doa Sholat Dhuha Beserta Tata Caranya
“Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Setiap bacaan tasbih (subhanallah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahmid (alhamdulillah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaha illallah) bisa sebagai sedekah, dan setiap bacaan takbir (Allahu akbar)juga bisa sebagai sedekah. Begitu pula amar ma’ruf (mengajak kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 raka’at” (HR. Muslim no. 720).
Keutamaan yang lainnya adalah jika teman teman melaksanakan sholat dhuha maka Allah akan mencukupi kebutuhan kita hingga akhir siang sebagaimana yang dijelaskan hadits berikut.
“Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat raka’at shalat di awal siang (di waktu Dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir siang.” (HR. Ahmad (5/286), Abu Daud no. 1289, At Tirmidzi no. 475, Ad Darimi no. 1451 . Syaikh Al Albani dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Hadits diatas memiliki pengertian yang luas seperti yang dijelaskan oleh ‘Aunul Ma’bud –Al ‘Azhim Abadi- menyebutkan, “Hadits ini bisa mengandung pengertian bahwa shalat Dhuha akan menyelematkan pelakunya dari berbagai hal yang membahayakan. Bisa juga dimaksudkan bahwa shalat Dhuha dapat menjaga dirinya dari terjerumus dalam dosa atau ia pun akan dimaafkan jika terjerumus di dalamnya. Atau maknanya bisa lebih luas dari itu.” (‘Aunul Ma’bud, 4: 118)
At Thibiy berkata, “Yaitu engkau akan diberi kecukupan dalam kesibukan dan urusanmu, serta akan dihilangkan dari hal-hal yang tidak disukai setelah engkau shalat hingga akhir siang. Yang dimaksud, selesaikanlah urusanmu dengan beribadah pada Allah di awal siang (di waktu Dhuha), maka Allah akan mudahkan urusanmu di akhir siang.” (Tuhfatul Ahwadzi, 2: 478).
Teman teman mau dapat pahala seperti haji dan umroh? mudah saja, lakukan saja apa yang telah dijelaskan hadits dibawah ini.
Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang melaksanakan shalat shubuh secara berjamaah lalu ia duduk sambil berdzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan shalat dua raka’at, maka ia seperti memperoleh pahala haji dan umroh.” Beliau pun bersabda, “Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna.” (HR. Tirmidzi no. 586. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan) (Shalat 2 rakaat tersebut adalah sholat dhuha.)
Al Mubaarakfuri rahimahullah dalam Tuhfatul Ahwadzi bi Syarh Jaami’ At Tirmidzi (3: 158) menjelaskan, “Yang dimaksud ‘kemudian ia melaksanakan shalat dua raka’at’ yaitu setelah matahari terbit. Ath Thibiy berkata, “Yaitu kemudian ia melaksanakan shalat setelah matahari meninggi setinggi tombak, sehingga keluarlah waktu terlarang untuk shalat. Shalat ini disebut pula shalat Isyroq. Shalat tersebut adalah waktu shalat di awal waktu.”
Berikut ini panduan dan tata cara melaksanakan sholat dhuha, mulai dari hakikat niat, tata cara melaksanakan sholat dhuha, surah apa yang dibaca ketika sholat, jumlah rakaat sholat dhuha, bacaan dzikir setelah sholat, hingga keutamaan dan manfaatnya. Silakan baca artikel ini hingga akhir agar teman teman bisa mengerjakan amalan sholat dhuha sesuai sunnah. Semoga berguna dan bermanfaat.
Niat Sholat Dhuha
Seperti yang sudah pernah saya jelaskan sebelumnya bahwa hakikat niat adalah amalan hati yang mana tidak memiliki bacaan khusus atau doa tertentu. Niatkan sholat dhuha hanya untuk Allah azza wa jalla. Jika teman teman ingin penjelasan lebih lengkap tentang hakikat niat bisa klik menubar blog kami.
Tata Cara Sholat Dhuha

- Niat Sholat Dhuha
- Melakukan Takbiratul ihram. (AllahuAkbar) mengangkat kedua tangan seperti sholat biasanya
- Membaca doa Iftitah.
- Membaca Al Fatihah.
- Membaca surat pendek seperti Asy-Syam, Ad-Dhuha, Al-Kafirun, Al-Ikhlas ataupun surat apa saja yang ada di Al-Qur’an (tidak ada surat khusus dalam sholat dhuha).
- Melakukan gerakan Ruku, I’tidal, Sujud, hingga salam dengan membaca bacaan sesuai dengan masing-masing gerakan.
- Untuk Rakaat selanjutkan ikuti gerakan No. 2-6
Surah Apa yang Dibaca Saat Sholat Dhuha?
Tidak ada keterangan resmi tentang surat pendek apa yang harus dibaca, namun dari beberapa referensi pada rakaat pertama membaca surat Asy-Syams dan Rakaat kedua surat Ad-dhuha. Pendapat dari Ibnu hajar al-Atsqolani rakaat pertama beliau menyarakan surat Al-Kafirun dan rakaat kedua Al-Ikhlas.
Doa Sholat Dhuha
Doa Sholat Dhuha Latin
ALLAHUMMA INNADHDHUHA-A DHUHA-UKA, WALBAHAA-ABAHAA-UKA, WAL JAMAALA JAMAALUKA, WAL QUWWATA QUWAATUKA, WAL QUDROTA QUDROTUKA, WAL ‘ISHMATA ISHMATUKA.
ALLAHUMA INKAANA RIZQII FISSAMMA-I FA ANZILHU, WA INKAANA FIL ARDHI FA-AKHRIJHU, WA INKAANA MU’SIRON FAYASSIRHU, WAINKAANA HAROOMAN FA THOHHIRHU, WA INKAANA BA’IDAN FA QORIBHU, BIHAQQIDUHAA-IKA WA BAHAAIKA, WA JAMAALIKA WA QUWWATIKA WA QUDROTIKA, AATINI MAA ATAITA ‘IBAADAKASH SHOOLIHIIN.
Arti Doa Sholat Dhuha
“Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha itu adalah dhuhamu, keagungan itu merupakan keagunganmu, keindahan itu merupakan keindahanmu, kekuatan itu adalah kekuatanmu, kekuasaan itu adalah kekuasaanmu, dan penjagaan-penjagaan adalah penjagaanmu.”
“Ya Allah, jika rezeki aku masih di langit maka turunkanlah, jika ada di dalam bumi maka keluarkanlah, jika sulit maka mudahkanlah, apabila itu haram maka sucikanlah, jika jauh maka dekatkanlah”.
“Demi kebenaran dhuhamu, keagunganmu, keindahanmu, kekuatanmu dan kekuasaanmu, berikanlah kepadaku sebagaimana apa yang engkau berikan kepada hambamu yang sholeh”.
Perhatian : Doa diatas sangat banyak beredar di internet perlu diketahui doa diatas tidak shahih, tidak ada dalil yang kuat. Apakah boleh diamalkan? Perlu dipahami dan dijadikan prinsip bagi setiap orang yang beriman, bahwa ibadah dalam agama Islam bersifat tauqifiyah, artinya menunggu dalil. Karena hukum asal ibadah adalah haram kecuali jika ada dalilnya. Apapun bentuk ibadah tersebut dan siapapun yang mengajarkannya satu harga mati: semua harus berdalil. Jika tidak, maka itu bukan ibadah meskipun keliatannya adalah ibadah.
Berapa Rakaat Sholat Dhuha?
Lakukan sholat dhuha minimal 2 rakaat, jumlah rakaat yang dianjurkan yaitu 4 rakaat. Dan jumlah paling banyak adalah tidak terbatas.
Dari Abu Dardaa’ atau Abu Dzar, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Wahai Bani Adam, shalatlah untuk-Ku pada awal siang hari empat rakaat, niscaya Aku menjagamu sisa hari tersebut” [ HR at-Tirmidzi, kitab Shalât, Bab: Mâ Jâ`a fi Shalât ad-Dhuha, no. 475. Abu ‘Isa berkata: “Hadits hasan gharib”. Hadits ini dishahîhkan Ahmad Syakir dalam tahqiq beliau atas kitab at-Tirmidzi. Juga dishahihkan Syaikh al-Albâni dalam Shahîh Sunan at-Tirmidzi, 1/147.]
Dzikir Setelah Sholat Dhuha
Dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan Sholat Dhuha. Setelah salam, kemudian beliau mengucapkan:
“ALLAAHUMMAGHFIR-LII WA TUB ‘ALAYYA, INNAKA ANTAT TAWWAABUR ROHIIM” 100x
Artinya:
“Ya Allah, ampunilah aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”. Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- membacanya seratus kali. (HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad. Syaikh al-Albani mengatakan dalam kitab Shahih al-Adab al-Mufrad bahwa hadis ini shahih)
Waktu Solat Dhuha
Seperti yang sudah dijelaskan pada awal artikel shalat dhuha sebaiknya dikerjakan mulai saat matahari meninggi setinggi tombak, lima belas menit atau dua puluh menit setelah matahari terbit, sampai tergelincir matahari, sebelum masuknya sholat dzuhur. Yaitu di antara pukul 8:30 hingga 11:00.
Sholat Dhuha Apakah Boleh Berjamaah?
Apabila sholat fardhu sangat dianjurkan berjamaah bagi laki laki dimasjid, namun apabila sholat sunnah dhuha apakah boleh melakukannya secara berjamaah? Banyak yang mempertanyakan akan hal ini. Faktanya sholat dhuha boleh dilakukan secara berjamaah namun dengan persyaratan berikut :
- Dilakukan kadang-kadang (tidak dijadikan kebiasaan).
- Tidak terikat hari, waktu, atau moment tertentu. Contoh : Dilaksanakan setiap selapan sekali (Misalnya : setiap jumat pon atau yang lainnya) Ketentuan hari semacan ini tidak dibolehkan.
- Tidak ada kesepakatan sebelumnya, atau tidak ada pengumuman kepada masyarakat.
- Tidak menjadi amalan yang menjamur dan banyak dilakukan masyarakat.
- Jumlah orang yang ikut berjamaah sedikit. Sehingga tidak boleh melaksanakan shalat dhuha berjamaah satu kampung, sebagaimana shalat fardhu.
- Tidak dilaksanakan bersama-sama di masjid.
Keutamaan Sholat Dhuha
- Sebagai pengganti sedekah seluruh persendian
- Dicukupinya urusan hingga akhir siang
- Mendapatkan pahala Haji dan Umrah yang sempurna
- Termasuk dalam shalat awwabin (orang-orang yang kembali taat)
Manfaat Sholat Dhuha
Kita tahu bahwa batas waktu sholat dhuha dilakukan di pagi hari yaitu sekitar pukul 08.30 hingga dzuhur. Nah, pada jam tersebut, biasanya sangat cocok untuk berolahraga. Dengan melaksanakan sholat dhuha, itu sama saja dengan berolahraga. Setiap sendi di tubuh kita akan bergerak alasannya ialah aktifitas sholat, mulai dari tangan, siku hingga lutut dan kaki.
Dan dengan gerakan ini kita telah melaksanakan olahraga tanpa sadar. Menurut Dr. Ebrahim Kazim (seorang dokter, peneliti, sekaligus eksekutif dari Trinidad Islamic Academy), menyatakan bahwa gerakan teratur dari sholat akan menguatkan otot berserta tendonnya, sendi serta berefek luar biasa terhadap sistem kardiovaskular.
Dengan sering melaksanakan sholat dhuha, berarti kita sering meluruskan tulang
punggung sehingga tulang punggunya yangasalnya membungkuk atau condong
kedepan dan bengkok kesamping, maka secara sedikit demi sedikit mampu kembali mirip sedia
kala jika Anda sering melaksanakan sholat dhuha.
Sholat dhuha mampu melancarkan peredaran darah di dalam tubuh manusia. Mengapa
demikian ? Karena setiap gerakan di dalam sholat dhuha mampu mengalirkan darah dari
atas kepala hingga ke bawah. Mulai dari mengangkat kedua tangan, membungkuk
saat gerakan rukuk, kemudian juga gerakan sujud yang mana kepala berada lebih
rendah dibandingkan tubuh dan darah tersebut juga mengalir ke kepala kemudian
pada ketika duduk fatwa darah dinormalkan kembali.
Sholat Dhuha sangat memiliki kegunaan untuk menormalkan produksi hormon dalam tubuh.
Sholat Dhuha sangat memiliki kegunaan dalam menjaga kesehatan spiritual, menciptakan jiwa
merasa lebih tenang dan terhindar dari stres. Jika kita melakukannya dengan khusyu
dan fokus pada Tuhan, maka niscaya kita akan menerima ketenangan pikiran atau
jiwa.
Melalui serangkaian gerakan sholat dhuha, otak menjadi lebih rileks dan segar
sehingga mampu menangkal stres. Menurut Dr. Ebrahim Kazim, ketika kita sholat maka
akan ada ketegangan yang lenyap, alasannya ialah tubuh menyurakan zat mirip enkefalin
dan endorfin yang efeknya menciptakan otak segar dan juga tenang. Selain itu, ketika kita
bersujud, peredaran darah ke otak menjadi lebih optimal sehingga pasokan darah
dan oksigen ke otak menjadi baik dan menciptakan otak mencair dalam pemikiran.
Manfaat sholat dhuha untuk rohani
Selain punya benefit dalam menjaga kesehatan dengan adanya beberapa gerakan
sholat yang memang amat menunjukkan dampak baik pada kondisi tubuh, sholat
dhuha juga sangat memiliki kegunaan untuk menjaga semangat, yang akan menjadikan jiwa
lebih damai, apalagi jikalau rezeki sudah dibuka dan difasilitasi untuk mendapatkan
rezeki oleh Allah.
Sholat duha dan sholat lainnya akan membantu umat Islam untuk mendapatkan
ketenangan pikiran sehingga terhindar dari stres. Stres itu sendiri ialah satu hal
yang sangat mengganggu dan mampu menjadikan risiko banyak sekali penyakit. Dimulai
dari aktifitas mengambil air wudhu, justru mampu menciptakan pikiran menjadi tenang, tapi
jika ditambah dengan sholat dhuha tentunya akan jauh lebih tenang lagi.
Menurut dr. Ebrahim Kazim, ada ketegangan yang lenyap ketika melaksanakan sholat
karena tubuh secara fisiologis menurunkan zat mirip enkefalin dan endorphin. Zat
ini ialah homogen morfin, termasuk opiat. Efek keduanya juga tak berbeda dengan
opium lainnya. Bedanya, zat ini termasuk materi alami yang diproduksi oleh tubuh itu
sendiri, sehingga lebih bermanfaat dan terkontrol.
Jadi berdasarkan kebanyakan orang, dengan shalat dhuha saja, orang akan
mendapatkan kedamaian dan juga rezeki yang lancar sehingga beberapa umat Islam
melakukan sholat ini setiap hari.
Kecantikan ialah salah satu hal yang diimpikan oleh semua wanita, oleh alasannya ialah itu
selain merutinkan perawatan, umat Islam juga mampu menjaga kecantikan dengan cara
melakukan sholat sholat wajib dan sholat sunnah, salah satu misalnya dengan
sholat dhuha.
Sholat Dhuha juga sangat memiliki kegunaan untuk kecantikan yang pada ketika wudhu, wajah akan dicuci higienis dengan air sehingga kulit juga akan selalu bersih. Kemudian juga pada ketika wudhu, maka ketika mua dicuci, tentu saja menciptakan kulit wajah akan kencang sehingga tidak gampang kendur dan menunjukkan manfaat baka muda.
Dengan merutinkan sholat dhuha serta sholat fardu tentunya, maka keindahan dari wajah akan terpancar secara alami dengan sendirinya, sehingga sehabis berwudhu dan sholat, biasanya wajah seseorang akan terlihat lebih bercahaya. Dan hal itu sudah banyak yang membuktikannya.
Selain mencoba usaha, sholat juga merupakan salah satu cara untuk meraih sukses bagi semua orang. Bagi umat muslim, cara berdoa ialah dengan menjalankan ibadah sholat, termasuk diantaranya sholat dhuha. Manfaat yang dirasakan ialah :
Pada dasarnya sholat dhuha memang sangat bermanfaat untuk membukakan pintu rezeki, tak hanya itu tetapi juga akan membantu dalam menerima kesuksesan. Tapi kesuksesan tidak mampu dicapai hanya dengan berdoa tanpa adanya suatu ikhtiar dan berusaha.
Semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi teman teman semua, mari kita lawan rasa malas melaksanakan sholat tahajud. Semoga kita dimatikan oleh Allah dalam keadaan khusnul khotimah. AAMIIN. Sesungguhnya hanya Allah yang memberikan taufik.
Sumber : https://rumaysho.com/2845-keutamaan-shalat-dhuha.html
channel : banghen.com
Bacaan Doa Setelah Sholat Dhuha Lengkap dengan Niat Arti dan Tata Cara
http://belajar-fiqih.blogspot.co.id/2014/07/bacaan-sholat-dhuha-dan-doanya-serta.html
http://warungkopi.okezone.com/thread/537651
http://belajar-fiqih.blogspot.co.id/2016/11/cara-melaksanakan-sholat-dhuha-4-rakaat.html
http://belajar-fiqih.blogspot.co.id/2016/09/manfaat-sholat-dhuha-untuk-kesehatan.html
Baca Selengkapnya : https://rumaysho.com/9488-waktu-shalat-dhuha.html
Baca Selengkapnya : https://rumaysho.com/2845-keutamaan-shalat-dhuha.html
youtube channel : audah satui, haziq channel, mas info
niat sholat dhuha (Sumber : Kaasyifatus Sajaa, hal. 52, 59, cetakan Toha Putera Semarang
Sumber: http://doaniatsholat.blogspot.com/2017/01/doa-mohon-rezeki-berkah-melimpah-ruah.html
sumber gambar : pixabay, google
https://www.youtube.com/watch?v=9fQP0IjVIdE
Doa Berbuka Puasa dan Manfaatnya Bagi Kesehatan
Bacaan Doa Berbuka Puasa yang Benar Sesuai Sunnah – bahwa kita ketahui berpuasa adalah suatu kegiatan menahan hawa lawan dan haus tapi lebih dari itu berpuasa sangat banyak manfaatnya bagi kesehatan tubuh, dengan berpuasa sistem imun akan meningkat drastis jadi jarang sakit. Berpuasa merupakan perisai dari api neraka seperti yang dijelaskan hadits berikut. “Puasa adalah perisai, seorang hamba berperisai dengannya dari api neraka” [Hadits Riwayat Ahmad 3/241, 3/296 dari Jabir, Ahmad 4/22 dan Utsman bin Abil ‘Ash. Ini adalah hadits yang shahih]
Doa Berbuka Puasa
Doa Berbuka Puasa Latin
Arti Doa Berbuka Puasa
“Telah hilanglah dahaga, telah basahlah kerongkongan, semoga ada pahala yang ditetapkan, jika Allah menghendaki” (Hadits shahih, Riwayat Abu Daud [2/306, no. 2357] dan selainnya; lihat Shahih al-Jami’: 4/209, no. 4678) Syarah Hisnul Muslim, bab Dua’ ‘inda Ifthari ash-Shaim, hadits no. 176.
1. Puasa adalah Jalan Meraih Takwa
Allah Ta’ala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan bagi kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan pada orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183).Allah Ta’ala menyebutkan dalam ayat di atas mengenai hikmah disyari’atkan puasa yaitu agar kita bertakwa. Karena dalam puasa, kita mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Yang meliputi takwa dalam puasa adalah seorang muslim meninggalkan apa yang Allah haramkan saat itu yaitu makan, minum, hubungan intim sesama pasangan dan semacamnya. Padahal jiwa begitu terdorong untuk menikmatinya. Namun semua itu ditinggalkan karena ingin mendekatkan diri pada Allah dan mengharap pahala dari-Nya. Itulah yang disebut takwa.
Begitu pula orang yang berpuasa melatih dirinya untuk semakin dekat pada Allah. Ia mengekang hawa nafsunya padahal ia bisa saja menikmati berbagai macam kenikmatan. Ia tinggalkan itu semua karena ia tahu bahwa Allah selalu mengawasinya.
Begitu pula puasa semakin mengekang jalannya setan dalam saluran darah. Karena setan itu merasuki manusia pada saluran darahnya. Ketika puasa, saluran setan tersebut menyempit. Maksiatnya pun akhirnya berkurang.
Orang yang berpuasa pun semakin giat melakukan ketaatan, itulah umumnya yang terjadi. Ketaatan itu termasuk takwa.
Begitu pula ketika puasa, orang yang kaya akan merasakan lapar sebagaimana yang dirasakan fakir miskin. Ini pun bagian dari takwa.[1]
2. Puasa adalah Penghalang dari Siksa Neraka
Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Puasa adalah perisai yang dapat melindungi seorang hamba dari siksa neraka.”[2]
Dari Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa melakukan puasa satu hari di jalan Allah (dalam melakukan ketaatan pada Allah), maka Allah akan menjauhkannya dari neraka sejauh perjalanan 70 tahun.” (HR. Bukhari no. 2840)
3. Puasa akan Memberikan Syafa’at bagi Orang yang Menjalankannya
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Puasa dan Al Qur’an itu akan memberikan syafa’at kepada seorang hamba pada hari kiamat kelak. Puasa akan berkata, ’Wahai Rabbku, aku telah menahannya dari makan dan nafsu syahwat karenanya perkenankan aku untuk memberikan syafa’at kepadanya’. Dan Al Qur’an pula berkata, ’Aku telah melarangnya dari tidur pada malam hari, karenanya perkenankan aku untuk memberi syafa’at kepadanya.’ Beliau bersabda, ’Maka syafa’at keduanya diperkenankan.’“[3]
4. Orang yang Berpuasa akan Mendapatkan Pengampunan Dosa
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu akan diampuni”.[4]
Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Keluarga, harta, dan anak dapat menjerumuskan seseorang dalam maksiat (fitnah). Namun fitnah itu akan terhapus dengan shalat, shaum, shadaqah, amar ma’ruf (mengajak pada kebaikan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran).”[5]
5. Puasa adalah Penahan Syahwat
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai para pemuda[6], barangsiapa yang memiliki baa-ah[7], maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya.”[8]
Imam Nawawi rahimahullah berkata bahwa puasa dapat mengekang syahwat dan mengekang kejelekan mani sebagaimana orang yang sedang dikebiri.[9]
6. Pintu Surga Ar Rayyan bagi Orang yang Berpuasa
Dari Sahl bin Sa’ad, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Sesungguhnya di surga ada suatu pintu yang disebut “ar rayyan”[10]. Orang-orang yang berpuasa akan masuk melalui pintu tersebut pada hari kiamat. Selain orang yang berpuasa tidak akan memasukinya. Nanti orang yang berpuasa akan diseru, “Mana orang yang berpuasa?” Lantas mereka pun berdiri, selain mereka tidak akan memasukinya. Jika orang yang berpuasa tersebut telah memasukinya, maka akan tertutup dan setelah itu tidak ada lagi yang memasukinya.“[11]
Dalam riwayat Bukhari dari Sahl bin Sa’ad juga disebutkan, “Surga memiliki delapan buah pintu. Di antara pintu tersebut ada yang dinamakan pintu Ar Rayyan yang hanya dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa.“[12]
7. Orang yang Berpuasa Memiliki Waktu Mustajab Terkabulnya Do’a
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tiga orang yang do’anya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan do’a orang yang dizholimi”.[13]
Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Hadits ini menunjukkan bahwa disunnahkan bagi orang yang berpuasa untuk berdo’a dari awal ia berpuasa hingga akhirnya karena ia dinamakan orang yang berpuasa ketika itu.”[14] Kata Imam Nawawi, “Disunnahkan orang yang berpuasa berdoa saat berpuasa dalam urusan akhirat dan dunianya, juga doa yang ia sukai, begitu pula doa kebaikan untuk kaum muslimin.”[15]
Semoga bermanfaat.
[Tulisan ini dicuplik dari Buku Panduan Ramadhan cetakan keenam tahun 2014 karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal yang dibagikan gratis kepada kaum muslimin, diterbitkan oleh Pustaka Muslim Yogyakarta. Bagi yang ingin mendownload buku tersebut silakan buka di sini]
[1] Lihat penjelasan Syaikh As Sa’di dalam Taisir Al Karimir Rahman, hal. 86.
[2] HR. Ahmad 3: 396. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits tersebut shahih dilihat dari banyak jalan.
[3] HR. Ahmad 2: 174. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 984.
[4] HR. Bukhari No. 38 dan Muslim no. 760.
[5] HR. Bukhari no. 3586 dan Muslim no. 144. Kata Ibnu Baththol, hadits ini semakna dengan firman Allah Ta’ala (yang artinya),
إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah fitnah (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. Ath Thagobun: 15) (Lihat Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, 3: 194)
[6] Syabab (pemuda) menurut ulama Syafi’iyah adalah yang telah baligh namun belum melampaui 30 tahun. Lihat Syarh Shahih Muslim, 9: 154.
[7] Imam Nawawi berkata makna baa-ah dalam hadits di atas terdapat dua pendapat di antara para ulama, namun intinya kembali pada satu makna, yaitu sudah memiliki kemampuan finansial untuk menikah. Jadi bukan hanya mampu berjima’ (bersetubuh), tapi hendaklah punya kemampuan finansial, lalu menikah. Para ulama berkata, “Barangsiapa yang tidak mampu berjima’ karena ketidakmampuannya untuk memberi nafkah finansial, maka hendaklah ia berpuasa untuk mengekang syahwatnya.” (Idem)
[8] HR. Bukhari no. 5065 dan Muslim no. 1400.
[9] Syarh Shahih Muslim, 9: 155.
[10] Ibnu Hajar Al Asqolani berkata, “Ar Rayyan dengan menfathahkan huruf ro’ dan mentasydid ya’, mengikuti wazan fi’il (kata kerja) dari kata ‘ar riyy’ yang maksudnya adalah nama salah satu pintu di surga yang hanya dikhususkan untuk orang yang berpuasa memasukinya. Dari sisi lafazh dan makna ada kaitannya. Karena kata ar rayyan adalah turunan dari kata ar riyy yang artinya bersesuaian dengan keadaan orang yang berpuasa. Orang yang berpuasa kelak akan memasuki pintu tersebut dan tidak pernah merasakan haus lagi.” (Fathul Bari, 4: 131).
[11] HR. Bukhari no. 1896 dan Muslim no. 1152.
[12] HR. Bukhari no. 3257.
[13] HR. Ahmad 2: 305. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih dengan berbagai jalan dan penguatnya.
[14] Al Majmu’, 6: 273.
[15] Idem.
Derajat Hadits Doa Berbuka Puasa Allahumma laka shumtuu
Doa berbuka puasa yang tersebar di masyarakat Allahumma laka shumtu wabika amantu wa ‘ala rizqika afthartu birahmatika yaa arhamar rahimin.
“Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, dan kepada-Mu aku beriman, dengan rizqi-Mu aku berbuka, dengan rahmat-Mua, wahai Dzat yang Maha Penyayang”.
Jika kita cek pada kitab-kitab hadits, maka tidak kita temukan lafal demikian. Namun memang ada beberapa hadits doa berbuka puasa yang mirip dengan lafal di atas. Akan kita bahas beberapa hadits tersebut:
Hadits 1
Dikeluarkan oleh Ibnu Sunni dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah (1413). “Abul Qasim At-Tanuji menyampaikan kepadaku secara imla’, ia berkata, Abul Husain Muhammad bin Mufthir bin Musa Al-Hafidz menuturkan kepadaku, Muhammad bin Khalaf bin Hibban menuturkan kepadaku, Waki menuturkan kepadaku, Al-Qasim bin Hasyim bin Sa’id menuturkan kepadaku, ayahku, Hasyim bin Sa’id menuturkan kepadaku, Ibnu Ruzain menuturkan kepadaku, dari Tsabit, dari Anas, ia berkata, ‘Biasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam ketika berbuka membaca doa, Allahumma laka shumtu wa ‘alaa rizqika afthartu fataqabbal minni, innaka antas samii’ul ‘aliim (Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, dengan rezeki-Mu aku berbuka, maka terimalah puasaku ini, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui).’”
Riwayat ini lemah karena terdapat dua masalah:
Hasyim bin Sa’id As-Simsaar, statusnya majhul haal.
Ibnu Ruzain (Sa’id bin Zurbi). Al-Hakim mengatakan, “Ia sangat munkarul hadits.” Al-Baihaqi mengatakan, “Ia dha’if (lemah).” Ibnu Hajar mengatakan, “Ia munkarul hadits.” Imam Bukhari dan Imam Muslim menyebutnya, “Ia suka meriwayatkan al-aja’ib (hadits yang aneh-aneh).” Adz-Dzahabi mengatakan, “Para ulama hadits men-dhaif-” Kesimpulannya, ia munkarul hadits.
Maka riwayat ini munkar dan tidak bisa menjadi syahid (penguat). Terdapat jalan lain, dikeluarkan oleh Ad-Daruquthni dalam Sunan-nya (2280), “Ishaq bin Muhammad bin Al-Fadhl Az-Zayyat menuturkan kepadaku, Yusuf bin Musa menuturkan kepadaku, Abdul Malik bin Harun bin ‘Antharah menuturkan kepadaku, dari ayahnya (Harun bin ‘Antharah), dari kakeknya (‘Antharah), dari Ibnu Abbas, ia berkata, ‘Biasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam ketika berbuka membaca doa, Allahumma laka shumna wa ‘alaa rizqika aftharna fataqabbal minna, innaka antas samii’ul ‘aliim (Ya Allah, untuk-Mu kami berpuasa, dengan rizqi-Mu kami berbuka, maka terimalah puasa kami ini, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui).’”
Riwayat ini memiliki dua masalah:
Abdul Malik bin Harun bin ‘Antharah. Ad-Daruquthni mengatakan, “Keduanya lemah (yaitu Abdul Malik dan Harun).” Imam Ahmad mengatakan, “Ia lemah.” Yahya bin Ma’in mengatakan, “Ia kadzab (pendusta).” Abu Hatim mengatakan, “Matruk dan pemalsu hadits.” Ibnu Hibban mengatakan, “Iia pemalsu hadits.” Adz-Dzahabi mengatakan, “Ia terindikasi sebagai pembuat hadits palsu barangsiapa yang puasa sehari dari ayyamul bidh itu setara dengan puasa seribu tahun”. Maka jelas, Abdul Malik bin Harun ini kadzab pemalsu hadits.
Harun bin ‘Antharah. Ia diperselisihkan para ulama, sebagian ulama men-tsiqah-kannya. Imam Ahmad dan Yahya bin Ma’in mengatakan, “Ia tsiqah.” Ad-Daruquthni mengatakan, “Ia bisa dijadikan hujjah, adapun ayahnya bisa untuk i’tibar.” Abu Zur’ah mengatakan, “Laa ba’sa bihi, mustaqimul hadits.” Ibnu Hajar mengatakan, “Laa ba’sa bihi.” Sedangkan Ibnu Hibban melemahkannya, ia mengatakan, “Tidak boleh berhujjah dengannya.” Ibnu Hibban termasuk mutasyaddid fil jarh, sehingga yang tepat ia perawi tsiqah.
Maka riwayat ini juga dhaif jiddan (sangat lemah) karena Abdul Malik bin Harun bin ‘Antharah yang statusnya kadzab pemalsu hadits. Kesimpulannya, doa berbuka dengan lafal Allahumma laka shumtu wa ‘alaa rizqika afthartu fataqabbal minni, innaka antas samii’ul ‘aliim statusnya dhaif jiddan atau bahkan munkar.
Hadits 2
Dikeluarkan Abu Daud dalam Sunan-nya (2358). “Musaddad menuturkan kepadaku, Husyaim menuturkan kepadaku, dari Hushain, dari Mu’adz bin Zuhrah, ia menyampaikan, ‘Biasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam ketika berbuka membaca doa, Allahumma laka shumtu wa ‘alaa rizqika afthartu (Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, dengan rizqi-Mu aku berbuka).’”
Juga dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf (9744), Al-Marwazi dalam Az-Zuhd (1410), Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman (3619), Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (1741), semua dari jalan Hushain dari Mu’adz bin Zuhrah.
Riwayat ini mursal, karena Mu’adz bin Zuhrah adalah seorang tabi’in, ia tidak bertemu dengan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Namun terdapat jalan lain yang bersambung. Dikeluarkan oleh Ath-Thabrani dalam Mu’jam Al-Ausath (7549). “Muhammad bin Ibrahim menuturkan kepadaku, Isma’il bin Amr Al-Bajali menuturkan kepadaku, Daud bin Az-Zibriqani mengabarkanku, Syu’bah mengabarkanku, dari Tsabit Bunani, dari Anas bin Malik, ia berkata, ‘Biasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam ketika berbuka membaca doa, Allahumma laka shumtu wa ‘alaa rizqika afthartu (Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, dengan rizqi-Mu aku berbuka).’”
Riwayat ini memiliki dua masalah:
Daud bin Az-Zibriqani, para ulama khilaf mengenai statusnya. Al-Jurjani mengatakan, “Ia kadzab (pendusta).” Abu Zur’ah mengatakan, “Ia matruk.” Imam Ahmad mengatakan, “Aku tidak berpandangan bahwa ia kadzab, namun ia terkadang melakukan tadlis.” Al-Bukhari mengatakan, “Haditsnya muqaarib (hasan).” Ibnu Ma’in mengatakan, “Laisa bisyai’in (lemah).” Abu Daud mengatakan, “Ia lemah dan ditinggalkan haditsnya.” An-Nasa’i mengatakan, “Ia tidak tsiqah.” Ibnu Hajar mengatakan, “Ia matruk.” Adz-Dzahabi mengatakan, “Para ulama men-dhaif-” Maka yang rajih insyaallah ia perawi yang matruk.
Isma’il bin Amr Al-Bajali, statusnya dhaif. Ad-Daruquthni mengatakan, “Ia dhaif.” Ibnu ‘Adi mengatakan, “Ia menyampaikan hadits-hadits yang tidak bisa di-mutaba’ah.” Abu Hatim berkata, “Ia dhaif.”
Sehingga riwayat ini juga sangat lemah dan tidak bisa menguatkan riwayat sebelumnya. Kesimpulannya, doa berbuka dengan lafal Allahumma laka shumtu wa ‘alaa rizqika afthartu statusnya dhaif jiddan (sangat lemah).
Hadits 3
Dikeluarkan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman (3619). “Abu Abdillah bin Al-Hafidz mengabarkanku, Ali bin Hamsyadz menuturkan kepadaku, Yazid bin Al-Haitsaim menuturkan kepadaku, bahwa Ibrahim bin Abi Al-Laits menyampaikan hadits kepada mereka, Al-Asyja’i menuturkan kepadaku, dari Sufyan dari Hushain bin Abdirrahman, dari seorang lelaki, dari Mu’adz ia berkata, ‘Biasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam ketika berbuka membaca doa Alhamdulillahilladzi a’aani fashumtu warazaqani fa afthartu (Segala puji bagi Allah yang telah menolongku untuk berpuasa dan memberiku rezeki sehingga aku bisa berbuka).’”
Riwayat ini munqathi’, karena mursal sebab Mu’adz bin Zuhrah adalah seorang tabi’in dan juga terdapat perawi yang mubham, hanya disebutkan “seorang lelaki…”. Sehingga hadist ini lemah. Kesimpulannya, doa berbuka dengan lafal Alhamdulillahilladzi a’aani fashumtu warazaqani fa afthartu statusnya dhaif (lemah).
Demikian beberapa lafal doa berbuka puasa yang terdapat dalam kitab-kitab hadits yang mirip dengan doa berbuka puasa yang masyhur di masyarakat, namun semuanya lemah atau munkar.
Adapun doa berbuka yang masyhur di masyarakat, yaitu allahumma laka shumtu wabika amantu wa ‘ala rizqika afthartu birahmatika yaa arhamar rahimin. Doa ini tidak ada asalnya dan tidak terdapat dalam kitab-kitab hadits. Al-Mulla Ali Al-Qari dalam Mirqatul Mafatih menyatakan, “Adapun yang masyhur di lisan masyarakat, (Allahumma laka shumtu wabika amantu wa ‘ala rizqika afthartu) maka tambahan (wabika amantu) tidak ada asalnya walaupun maknanya benar. Demikian juga tambahan (wa’alaika afthartu wa lishaumi ghadin nawaitu)” (Mirqatul Mafatih Syarah Misykatul Mashabih, 4/1387).
Lebih lagi dengan tambahan yaa arhamar rahimin, kami sama sekali tidak menemukannya dari keterangan para ulama di kitab-kitab fiqih, lebih lagi dalam kitab-kitab hadits. Wallahu a’lam.
Adapun doa berbuka puasa yang bisa diamalkan adalah hadits Ibnu Umar radhiallahu’anhu “Biasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam jika berbuka beliau berdoa, ‘dzahabazh zhama’u wabtallatil ‘uruuqu wa tsabatal ajru insyaallah (telah hilang rasa haus, telah basah kerongkongan, dan telah diraih pahala insyaallah)’” (H.R. Al-Bazzar dalam Musnad-nya [5395], An-Nasa’i dalam Sunan Al-Kubra [3315], Ath-Thabrani dalam Mu’jam Al-Kabir [14097], Ad-Daruquthni dalam Sunan-nya [279], Al-Hakim dalam Mustadrak-nya [1536]).
Hadits ini derajatnya hasan, telah kami bahas takhrij-nya dalam artikel Derajat Hadits Doa Berbuka “Dzahabazh Zhama’u…”. Silakan simak artikel tersebut untuk penjelasan lebih lengkap.
Wallahu ta’ala a’lam.
12 Hadits Lemah dan Palsu Seputar Ramadhan
Islam adalah agama yang ilmiah. Setiap amalan, keyakinan, atau ajaran yang disandarkan kepada Islam harus memiliki dasar dari Al Qur’an dan Hadits Nabi shallallahu’alaihi wa sallam yang otentik. Dengan ini, Islam tidak memberi celah kepada orang-orang yang beritikad buruk untuk menyusupkan pemikiran-pemikiran atau ajaran lain ke dalam ajaran Islam.
Karena pentingnya hal ini, tidak heran apabila Abdullah bin Mubarak rahimahullah mengatakan perkataan yang terkenal: “Sanad adalah bagian dari agama. Jika tidak ada sanad, maka orang akan berkata semaunya.” (Lihat dalam Muqaddimah Shahih Muslim, Juz I, halaman 12)
Dengan adanya sanad, suatu perkataan tentang ajaran Islam dapat ditelusuri asal-muasalnya.
Oleh karena itu, penting sekali bagi umat muslim untuk memilah hadits-hadits, antara yang shahih dan yang dhaif, agar diketahui amalan mana yang seharusnya diamalkan karena memang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam serta amalan mana yang tidak perlu dihiraukan karena tidak pernah diajarkan oleh beliau.
Berkaitan dengan bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, akan kami sampaikan beberapa hadits lemah dan palsu mengenai puasa yang banyak tersebar di masyarakat. Untuk memudahkan pembaca, kami tidak menjelaskan sisi kelemahan hadits, namun hanya akan menyebutkan kesimpulan para pakar hadits yang menelitinya. Pembaca yang ingin menelusuri sisi kelemahan hadits, dapat merujuk pada kitab para ulama yang bersangkutan.
Hadits 1
“Berpuasalah, kalian akan sehat.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Nu’aim di Ath Thibbun Nabawi sebagaimana dikatakan oleh Al Hafidz Al Iraqi di Takhrijul Ihya (3/108), oleh Ath Thabrani di Al Ausath (2/225), oleh Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil Fid Dhu’afa (3/227).
Hadits ini dhaif (lemah), sebagaimana dikatakan oleh Al Hafidz Al Iraqi di Takhrijul Ihya (3/108), juga Al Albani di Silsilah Adh Dha’ifah (253). Bahkan Ash Shaghani agak berlebihan mengatakan hadits ini maudhu (palsu) dalam Maudhu’at Ash Shaghani (51).
Keterangan: jika memang terdapat penelitian ilmiah dari para ahli medis bahwa puasa itu dapat menyehatkan tubuh, makna dari hadits dhaif ini benar, namun tetap tidak boleh dianggap sebagai sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam.
Hadits 2
“Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, do’anya dikabulkan, dan amalannya pun akan dilipatgandakan pahalanya.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Al Baihaqi di Syu’abul Iman (3/1437).
Hadits ini dhaif, sebagaimana dikatakan Al Hafidz Al Iraqi dalam Takhrijul Ihya (1/310). Al Albani juga mendhaifkan hadits ini dalam Silsilah Adh Dha’ifah (4696).
Terdapat juga riwayat yang lain:
“Orang yang berpuasa itu senantiasa dalam ibadah meskipun sedang tidur di atas ranjangnya.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Tammam (18/172). Hadits ini juga dhaif, sebagaimana dikatakan oleh Al Albani di Silsilah Adh Dhaifah (653).
Yang benar, tidur adalah perkara mubah (boleh) dan bukan ritual ibadah. Maka, sebagaimana perkara mubah yang lain, tidur dapat bernilai ibadah jika diniatkan sebagai sarana penunjang ibadah. Misalnya, seseorang tidur karena khawatir tergoda untuk berbuka sebelum waktunya, atau tidur untuk mengistirahatkan tubuh agar kuat dalam beribadah.
Sebaliknya, tidak setiap tidur orang berpuasa itu bernilai ibadah. Sebagai contoh, tidur karena malas, atau tidur karena kekenyangan setelah sahur. Keduanya, tentu tidak bernilai ibadah, bahkan bisa dinilai sebagai tidur yang tercela. Maka, hendaknya seseorang menjadikan bulan ramadhan sebagai kesempatan baik untuk memperbanyak amal kebaikan, bukan bermalas-malasan.
Hadits 3
“Wahai manusia, bulan yang agung telah mendatangi kalian. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari 1. 000 bulan. Allah menjadikan puasa pada siang harinya sebagai sebuah kewajiban, dan menghidupkan malamnya sebagai ibadah tathawwu’ (sunnah). Barangsiapa pada bulan itu mendekatkan diri (kepada Allah) dengan satu kebaikan, ia seolah-olah mengerjakan satu ibadah wajib pada bulan yang lain. Barangsiapa mengerjakan satu perbuatan wajib, ia seolah-olah mengerjakan 70 kebaikan di bulan yang lain. Ramadhan adalah bulan kesabaran, sedangkan kesabaran itu balasannya adalah surga. Ia (juga) bulan tolong-menolong. Di dalamnya rezki seorang mukmin ditambah. Barangsiapa pada bulan Ramadhan memberikan hidangan berbuka kepada seorang yang berpuasa, dosa-dosanya akan diampuni, diselamatkan dari api neraka dan memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tadi sedikitpun” Kemudian para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, tidak semua dari kita memiliki makanan untuk diberikan kepada orang yang berpuasa.” Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berkata, “Allah memberikan pahala tersebut kepada orang yang memberikan hidangan berbuka berupa sebutir kurma, atau satu teguk air atau sedikit susu. Ramadhan adalah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya maghfirah (ampunan) dan akhirnya pembebasan dari api neraka.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (1887), oleh Al Mahamili dalam Amaliyyah (293), Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil Fid Dhu’afa (6/512), Al Mundziri dalam Targhib Wat Tarhib (2/115)
Hadits ini didhaifkan oleh para pakar hadits seperti Al Mundziri dalam At Targhib Wat Tarhib (2/115), juga didhaifkan oleh Syaikh Ali Hasan Al Halabi di Sifatu Shaumin Nabiy (110), bahkan dikatakan oleh Abu Hatim Ar Razi dalam Al ‘Ilal (2/50) juga Al Albani dalam Silsilah Adh Dhaifah (871) bahwa hadits ini Munkar.
Yang benar, di seluruh waktu di bulan Ramadhan terdapat rahmah, seluruhnya terdapat ampunan Allah dan seluruhnya terdapat kesempatan bagi seorang mukmin untuk terbebas dari api neraka, tidak hanya sepertiganya. Salah satu dalil yang menunjukkan hal ini adalah: “Orang yang puasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari no.38, Muslim, no.760)
Dalam hadits ini, disebutkan bahwa ampunan Allah tidak dibatasi hanya pada pertengahan Ramadhan saja. Lebih jelas lagi pada hadits yang diriwayatkan oleh At Tirmidzi, Rasulullah bersabda: “Pada awal malam bulan Ramadhan, setan-setan dan jin-jin jahat dibelenggu, pintu neraka ditutup, tidak ada satu pintu pun yang dibuka. Pintu surga dibuka, tidak ada satu pintu pun yang ditutup. Kemudian Allah menyeru: ‘wahai penggemar kebaikan, rauplah sebanyak mungkin, wahai penggemar keburukan, tahanlah dirimu’. Allah pun memberikan pembebasan dari neraka bagi hamba-Nya. Dan itu terjadi setiap malam” (HR. Tirmidzi 682, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi)
Adapun mengenai apa yang diyakini oleh sebagian orang, bahwa setiap amalan sunnah kebaikan di bulan Ramadhan diganjar pahala sebagaimana amalan wajib, dan amalan wajib diganjar dengan 70 kali lipat pahala ibadah wajib diluar bulan Ramadhan, keyakinan ini tidaklah benar berdasarkan hadits yang lemah ini. Walaupun keyakinan ini tidak benar, sesungguhnya Allah ta’ala melipatgandakan pahala amalan kebaikan berlipat ganda banyaknya, terutama ibadah puasa di bulan Ramadhan.
Hadits 4
“Biasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam ketika berbuka membaca doa: Allahumma laka shumtu wa ‘alaa rizqika afthartu fataqabbal minni, innaka antas samii’ul ‘aliim.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunan-nya (2358), Adz Dzahabi dalam Al Muhadzab (4/1616), Ibnu Katsir dalam Irsyadul Faqih (289/1), Ibnul Mulaqqin dalam Badrul Munir (5/710)
Ibnu Hajar Al Asqalani berkata di Al Futuhat Ar Rabbaniyyah (4/341) : “Hadits ini gharib, dan sanadnya lemah sekali”. Hadits ini juga didhaifkan oleh Asy Syaukani dalam Nailul Authar (4/301), juga oleh Al Albani di Dhaif Al Jami’ (4350). Dan doa dengan lafadz yang semisal, semua berkisar antara hadits lemah dan munkar.
Sedangkan doa berbuka puasa yang tersebar dimasyarakat dengan lafadz: “Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, kepada-Mu aku beriman, atas rezeki-Mu aku berbuka, aku memohon Rahmat-Mu wahai Dzat yang Maha Penyayang.”
Hadits ini tidak terdapat di kitab hadits manapun. Atau dengan kata lain, ini adalah hadits palsu. Sebagaimana dikatakan oleh Al Mulla Ali Al Qaari dalam kitab Mirqatul Mafatih Syarh Misykatul Mashabih: “Adapun doa yang tersebar di masyarakat dengan tambahan ‘wabika aamantu’ sama sekali tidak ada asalnya, walau secara makna memang benar.”
Yang benar, doa berbuka puasa yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam terdapat dalam hadits: “Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika berbuka puasa membaca doa:
/Dzahabaz zhamaa-u wabtalatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insyaa Allah/
“Rasa haus telah hilang, kerongkongan telah basah, semoga pahala didapatkan. Insya Allah”
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Daud (2357), Ad Daruquthni (2/401), dan dihasankan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani di Hidayatur Ruwah, 2/232 juga oleh Al Albani di Shahih Sunan Abi Daud.
Hadits 5
“Orang yang sengaja tidak berpuasa pada suatu hari di bulan Ramadhan, padahal ia bukan orang yang diberi keringanan, ia tidak akan dapat mengganti puasanya meski berpuasa terus menerus.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari di Al’Ilal Al Kabir (116), oleh Abu Daud di Sunannya (2396), oleh Tirmidzi di Sunan-nya (723), Imam Ahmad di Al Mughni (4/367), Ad Daruquthni di Sunan-nya (2/441, 2/413), dan Al Baihaqi di Sunan-nya (4/228).
Hadits ini didhaifkan oleh Al Bukhari, Imam Ahmad, Ibnu Hazm di Al Muhalla (6/183), Al Baihaqi, Ibnu Abdil Barr dalam At Tamhid (7/173), juga oleh Al Albani di Dhaif At Tirmidzi (723), Dhaif Abi Daud (2396), Dhaif Al Jami’ (5462) dan Silsilah Adh Dha’ifah (4557). Namun, memang sebagian ulama ada yang menshahihkan hadits ini seperti Abu Hatim Ar Razi di Al Ilal (2/17), juga ada yang menghasankan seperti Ibnu Hajar Al Asqalani di Hidayatur Ruwah (2/329) dan Al Haitsami di Majma’ Az Zawaid (3/171). Oleh karena itu, ulama berbeda pendapat mengenai ada-tidaknya qadha bagi orang yang sengaja tidak berpuasa.
Yang benar -wal ‘ilmu ‘indallah- adalah penjelasan Lajnah Daimah Lil Buhuts Wal Ifta (Komisi Fatwa Saudi Arabia), yang menyatakan bahwa “Seseorang yang sengaja tidak berpuasa tanpa udzur syar’i,ia harus bertaubat kepada Allah dan mengganti puasa yang telah ditinggalkannya.” (Periksa: Fatawa Lajnah Daimah no. 16480, 9/191)
Hadits 6
“Jangan menyebut dengan ‘Ramadhan’ karena ia adalah salah satu nama Allah, namun sebutlah dengan ‘Bulan Ramadhan.’”
Hadits ini diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Sunan-nya (4/201), Adz Dzaahabi dalam Mizanul I’tidal (4/247), Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil Fid Dhu’afa (8/313), Ibnu Katsir di Tafsir-nya (1/310).
Ibnul Jauzi dalam Al Maudhuat (2/545) mengatakan hadits ini palsu. Namun, yang benar adalah sebagaimana yang dikatakan oleh As Suyuthi dalam An Nukat ‘alal Maudhuat (41) bahwa “Hadits ini dhaif, bukan palsu”. Hadits ini juga didhaifkan oleh Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil Fid Dhu’afa (8/313), An Nawawi dalam Al Adzkar (475), oleh Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Baari (4/135) dan Al Albani dalam Silsilah Adh Dhaifah (6768).
Yang benar adalah boleh mengatakan ‘Ramadhan’ saja, sebagaimana pendapat jumhur ulama karena banyak hadits yang menyebutkan ‘Ramadhan’ tanpa ‘Syahru (bulan)’.
Hadits 7
“Bulan Ramadhan bergantung di antara langit dan bumi. Tidak ada yang dapat mengangkatnya kecuali zakat fithri.”
Hadits ini disebutkan oleh Al Mundziri di At Targhib Wat Tarhib (2/157). Al Albani mendhaifkan hadits ini dalam Dhaif At Targhib (664), dan Silsilah Ahadits Dhaifah (43).
Yang benar, jika dari hadits ini terdapat orang yang meyakini bahwa puasa Ramadhan tidak diterima jika belum membayar zakat fithri, keyakinan ini salah, karena haditsnya dhaif. Zakat fithri bukanlah syarat sah puasa Ramadhan, namun jika seseorang meninggalkannya ia mendapat dosa tersendiri.
Hadits 8
“Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Adz Dzahabi di Tartibul Maudhu’at (162, 183), Ibnu Asakir di Mu’jam Asy Syuyukh (1/186).
Hadits ini didhaifkan oleh di Asy Syaukani di Nailul Authar (4/334), dan Al Albani di Silsilah Adh Dhaifah (4400). Bahkan hadits ini dikatakan hadits palsu oleh banyak ulama seperti Adz Dzahabi di Tartibul Maudhu’at (162, 183), Ash Shaghani dalam Al Maudhu’at (72), Ibnul Qayyim dalam Al Manaarul Munif (76), Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Tabyinul Ujab (20).
Hadits 9
“Barangsiapa memberi hidangan berbuka puasa dengan makanan dan minuman yang halal, para malaikat bershalawat kepadanya selama bulan Ramadhan dan Jibril bershalawat kepadanya di malam lailatul qadar.”
Hadist ini diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Al Majruhin (1/300), Al Baihaqi di Syu’abul Iman (3/1441), Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil Adh Dhuafa (3/318), Al Mundziri dalam At Targhib Wat Tarhib (1/152)
Hadits ini didhaifkan oleh Ibnul Jauzi di Al Maudhuat (2/555), As Sakhawi dalam Maqasidul Hasanah (495), Al Albani dalam Dhaif At Targhib (654)
Yang benar,orang yang memberikan hidangan berbuka puasa akan mendapatkan pahala puasa orang yang diberi hidangan tadi, berdasarkan hadits: “Siapa saja yang memberikan hidangan berbuka puasa kepada orang lain yang berpuasa, ia akan mendapatkan pahala orang tersebut tanpa sedikitpun mengurangi pahalanya.” (HR. At Tirmidzi no 807, ia berkata: “Hasan shahih”)
Hadits 10
“Kita telah kembali dari jihad yang kecil menuju jihad yang besar.” Para sahabat bertanya: “Apakah jihad yang besar itu?” Beliau bersabda: “Jihadnya hati melawan hawa nafsu.”
Menurut Al Hafidz Al Iraqi dalam Takhrijul Ihya (2/6) hadits ini diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Az Zuhd. Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Takhrijul Kasyaf (4/114) juga mengatakan hadits ini diriwayatkan oleh An Nasa’i dalam Al Kuna.
Hadits ini adalah hadits palsu. Sebagaimana dikatakan oleh Syaikhul Islam di Majmu Fatawa (11/197), juga oleh Al Mulla Ali Al Qari dalam Al Asrar Al Marfu’ah (211). Al Albani dalam Silsilah Adh Dhaifah (2460) mengatakan hadits ini Munkar.
Hadits ini sering dibawakan para khatib dan dikaitkan dengan Ramadhan, yaitu untuk mengatakan bahwa jihad melawan hawa nafsu di bulan Ramadhan lebih utama dari jihad berperang di jalan Allah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, “Hadits ini tidak ada asalnya. Tidak ada seorang pun ulama hadits yang berangapan seperti ini, baik dari perkataan maupun perbuatan Nabi. Selain itu jihad melawan orang kafir adalah amal yang paling mulia. Bahkan jihad yang tidak wajib pun merupakan amalan sunnah yang paling dianjurkan.” (Majmu’ Fatawa, 11/197). Artinya, makna dari hadits palsu ini pun tidak benar karena jihad berperang di jalan Allah adalah amalan yang paling mulia. Selain itu, orang yang terjun berperang di jalan Allah tentunya telah berhasil mengalahkan hawa nafsunya untuk meninggalkan dunia dan orang-orang yang ia sayangi.
Hadits 11
“Wa’ilah berkata, “Aku bertemu dengan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pada hari Ied, lalu aku berkata: Taqabbalallahu minna wa minka.” Beliau bersabda: “Ya, Taqabbalallahu minna wa minka.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Al Majruhin (2/319), Al Baihaqi dalam Sunan-nya (3/319), Adz Dzahabi dalam Al Muhadzab (3/1246)
Hadits ini didhaifkan oleh Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil Fid Dhuafa (7/524), oleh Ibnu Qaisirani dalam Dzakiratul Huffadz (4/1950), oleh Al Albani dalam Silsilah Adh Dhaifah (5666).
Yang benar, ucapan ‘Taqabbalallahu Minna Wa Minka’ diucapkan sebagian sahabat berdasarkan sebuah riwayat: Artinya: “Para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya ketika saling berjumpa di hari Ied mereka mengucapkan: Taqabbalallahu Minna Wa Minka (Semoga Allah menerima amal ibadah saya dan amal ibadah Anda)”
Atsar ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Al Mughni (3/294), dishahihkan oleh Al Albani dalam Tamamul Minnah (354). Oleh karena itu, boleh mengamalkan ucapan ini, asalkan tidak diyakini sebagai hadits Nabi shallallahu’alaihi wa sallam.
Hadits 12
“Lima hal yang membatalkan puasa dan membatalkan wudhu: berbohong, ghibah, namimah, melihat lawan jenis dengan syahwat, dan bersumpah palsu.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Al Jauraqani di Al Abathil (1/351), oleh Ibnul Jauzi di Al Maudhu’at (1131)
Hadits ini adalah hadits palsu, sebagaimana dijelaskan Ibnul Jauzi di Al Maudhu’at (1131), Al Albani dalam Silsilah Adh Dhaifah (1708).
Yang benar, lima hal tersebut bukanlah pembatal puasa, namun pembatal pahala puasa. Sebagaimana hadits: “Orang yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan mengamalkannya, serta mengganggu orang lain, maka Allah tidak butuh terhadap puasanya.” (HR. Bukhari, no.6057)
Demikian, semoga Allah memberi kita taufiq untuk senantiasa berpegang teguh pada ajaran Islam yang sahih. Mudah-mudahan Allah melimpahkan rahmat dan ampunannya kepada kita di bulan mulia ini. Semoga amal-ibadah di bulan suci ini kita berbuah pahala di sisi Rabbuna Jalla Sya’nuhu.
Disusun oleh: Yulian Purnama Muraja’ah: Ustadz Abu Ukkasyah Aris Munandar Artikel www.muslim.or.id.
Doa Berbuka yang Benar dan Salah
Pertanyaan:
Assalamualaiku, Ustadz
1. Dari Ibnu Abbas, ia berkata : “Nabi shallalllahu ‘alaihi wa sallam apabila berbuka (puasa) beliau mengucapkan: Allahumma Laka Shumna wa ala Rizqika Aftharna, Allahumma Taqabbal Minna Innaka Antas Samiul ‘Alim.” (artinya: Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan atas rezeki dari-Mu kami berbuka. Ya Allah! Terimalah amal-amal kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui). (Riwayat Daruqutni di kitab Sunan-nya, Ibnu Sunni di kitabnya ‘Amal Yaum wa- Lailah No. 473. Thabrani di kitabnya Mu’jamul Kabir).
2. Dari Anas, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila berbuka beliau mengucapkan, ‘Bismillah, Allahumma Laka Shumtu Wa Alla Rezekika Aftartu.” (artinya: Dengan nama Allah, Ya Allah karena-Mu aku berbuka puasa dan atas rezeki dari-Mu aku berbuka). (Riwayat Thabrani di kitabnya Mu’jam Shogir, Hal. 189 dan Mu’jam Auwshath).
3. Dari Muadz bin Zuhrah, bahwasanya telah sampai kepadanya, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila berbuka (puasa) beliau mengucapkan: Allahumma Laka Sumtu wa ‘Alaa Rizqika Aftartu.” (Riwayat Abu Dawud No. 2358, Baihaqi 4:239, Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Suni)
Apakah ketiga doa berbuka di atas berasal dari hadis dhaif?
Jika dhaif, doa yang berdasarkan hadis yang paling kuat apa?
Dari: Sila
Jawaban:
Wa’alaikumussalam
Doa berbuka yang benar
Dzahaba-zh Zama’u, Wabtalati-l ‘Uruuqu wa Tsabata-l Ajru, Insyaa Allah
“Telah hilang dahaga, urat-urat telah basah, dan telah diraih pahala, insya Allah.”
Hadis Selengkapnya
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, beliau mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, apabila beliau berbuka, beliau membaca: “Dzahaba-zh Zama’u, Wabtalati-l ‘Uruuqu…” (HR. Abu Daud 2357, Ad-Daruquthni dalam sunannya 2279, Al-Bazzar dalam Al-Musnad 5395, dan Al-Baihaqi dalam As-Shugra 1390. Hadis ini dinilai hasan oleh Al-Albani).
Kapan Doa Ini Diucapkan?
Umumnya doa terkait perbuatan tertentu, dibaca sebelum melakukan perbuatan tersebut. Doa makan, dibaca sebelum makan, doa masuk kamar mandi, dibaca sebelum masuk kamar mandi, dst. Nah, apakah ketentuan ini juga berlaku untuk doa di atas?
Dilihat dari arti doa di atas, dzahir menunjukkan bahwa doa ini dibaca setelah orang yang berpuasa itu berbuka. Syiakh Ibnu Utsaimin menegaskan:
“Hanya saja, terdapat doa dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, jika doa ini shahih, bahwa doa ini dibaca setelah berbuka. Yaitu doa: Dzahaba-zh Zama’u, Wabtalati-l ‘Uruuqu…dst. doa ini tidak dibaca kecuali setelah selesai berbuka.” (Al-Liqa As-Syahri, no. 8, dinukil dari Islamqa.com)
Keterangan yang sama juga disampaikan dalam Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 7428.
Karena itu, urutan yang tepat untuk doa ketika berbuka adalah:
1. Membaca basmalah sebelum makan kurma atau minum (berbuka).
2. Mulai berbuka
3. Membaca doa berbuka: Dzahaba-zh Zama’u, Wabtalati-l ‘Uruuqu…dst.
Anjuran Memperbanyak Doa Ketika Berbuka Puasa
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Ada tiga orang yang doanya tidak ditolak: Pemimpin yang adil, orang yang berpuasa sampai dia berbuka, dan doa orang yang didzalimi, Allah angkat di atas awan pada hari kiamat.”
(HR. At-Tirmidzi 2526, Thabrani dalam Al-Ausath 7111. Syaikh Aqil bin Muhamad Al-Maqthiri mengatakan: Hadis ini statusnya hasan berdasarkan gabungan semua jalurnya. Hadis ini juga dinilai hasan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Talkhis Al-Habir, 2:96).
Hadis di atas menunjukkan anjuran bagi orang yang sedang puasa untuk memperbanyak berdoa sebelum dia berbuka. Sebagian ulama menegaskan bahwa hadis ini tidak ada hubungannya dengan berdoa ketika berbuka. Karena teks hadis ini bersifat umum, bahwa orang yang sedang berpuasa memiliki pelluang dikabulkan doanya di setiap waktu dan setiap kesempatan, sebelum dia berbuka. (I’lamul Anam bi Ahkam As-Shiyam, Hal. 76).
Akan tetapi disebutkan dalam sunan Tirmidzi, redaksi yang serupa dinyatakan:
“Orang yang berpuasa ketika berbuka.” (Sunan At-Tirmidzi 2526).
Makna tersirat dari hadis menunjukkan bahwa anjuran memperbanyak doa itu terakait dengan kegiatan berbuka. Allahu a’lam.
Keterangan ini juga dikuatkan dengan riwayat dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya orang yang berpuasa memiliki doa yang tidak akan ditolak ketika berbuka.” (HR. Ibnu Majah 1753, Al-Hakim 1/422, Ibnu Sunni 128, dan At-Thayalisi 299 dari dua jalur. Al-Bushiri mengatakan (2/81): ‘Sanad hadis ini shahih, perawinya tsiqqah’. Demikian keterangan dari Shifat Shaum Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Hal. 67 – 68).
Kemudian, doa-doa kebaikan ini selayaknya dibaca sebelum memulai berbuka. Karena ketika belum berbuka, seseorang masih dalam kondisi puasa, dan bahkan di puncak puasa, sehingga dia lebih dekat dengan Allah Ta’ala. Sementara ketika dia (Dari Fatwa Islam, no. 14103).
Doa Apa yang Bisa Dibaca Ketika Hendak Berbuka?
Anda bisa membaca doa apapun yang Anda inginkan. Baik terkait kehidupan dunia maupun akhirat. Karena waktu menjelang berbuka adalah waktu yang mustajab.
Kemudian, disebutkan dalam riwayat Ibnu Majah, bahwa ketika berbuka, sahabat Abdullah bin Amr bin Ash radhiallahu ‘anhu, membaca doa tertentu.
Dari Ibnu Abi Mulaikah (salah seorang tabiin), beliau menceritakan: Aku mendengar Abdullah bin Amr ketika berbuka membaca doa:
Allahumma Inni As-Aluka bi Rahmatika Al-Latii Wasi’at Kulla Syai-in An Taghfira Lii
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan rahmat-Mu yang meliputi segala sesuatu, agar Engkau mengampuniku.” (Sunan Ibnu Majah, 1/557 dan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 3621)
Doa Berbuka yang Tidak Benar
Terdapat satu doa berbuka yang tersebar di masyarakat, namun doa bersumber dari hadis yang lemah. Kita sering mendengar beberapa masyarakat membaca doa berbuka berikut:
Allahumma laka shumtu wa bika aamantu wa ‘ala rezekika afthortu
“Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa dan kepada-Mu aku berbuka.”
Status Sanad Hadis
Doa dengan redaksi ini diriwayatkan Abu Daud dalam Sunan-nya no. 2358 secara mursal (tidak ada perawi sahabat di atas tabi’in), dari Mu’adz bin Zuhrah. Sementara Mu’adz bin Zuhrah adalah seorang tabi’in, sehingga hadis ini mursal. Dalam ilmu hadis, hadis mursal merupakan hadis dhaif karena sanad yang terputus.
Doa di atas dinilai dhaif oleh Al-Albani, sebagaimana keterangan beliau di Dhaif Sunan Abu Daud 510 dan Irwaul Gholil, 4:38.
Hadis semacam ini juga dikeluarkan oleh Ath-Thobroni dari Anas bin Malik. Namun sanadnya terdapat perowi dhaif yaitu Daud bin Az-Zibriqon, di adalah seorang perowi matruk. Al-Hafidz ibnu Hajar mengatakan: “Sanad hadis ini dhaif, karena di sana ada Daud bin Az-Zibriqon, dan dia perawi matruk.” (At-Talkhis Al-Habir, 3:54).
Ada juga yang ditambahi dengan lafadz:
Dengan rahmat-Mu, wahai Dzat Yang paling welas asih
Namun sekali lagi, tambahan ini juga tidak memiliki dasar dalam syariat. Karena itu, sebaiknya tidak dilantunkan sebagai doa berbuka.
Ringkasnya, bahwa doa terkait bebuka ada dua:
a. Doa menjelang berbuka. Doa ini dibaca sebelum anda mulai berbuka. Doa ini bebas, anda bisa membaca doa apapun, untuk kebaikan dunia dan akhirat Anda.
b. Doa setelah berbuka. Ada doa khusus yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana dinyatakan dalam riwayat dari Ibnu Umar. Lafadz doanya adalah
Dzahaba-zh Zama’u, Wabtalati-l ‘Uruuqu wa Tsabata-l Ajru, Insyaa Allah
Sebagai muslim yang baik, selayaknya kita cukupkan doa setelah berbuka dengan doa yang shahih ini, dan tidak memberi tambahan dengan redaksi yang lain.
Allahu a’lam
Hanya Allah yang memberikan taufik semoga artikel ini bisa bermanfaaat bagi teman teman semua.
sumber : Doa buka puasa sesuai sunnah
Keutamaan dan Manfaat Membaca Ayat Kursi
bagi teman teman yang sedang mencari bacaan ayat kursi disediakan dalam artikel manfaat dan keutamaannya juga disini tempatnya, pada artikel ini saya akan menjelaskan tentang ayat kursi. silakan dibaca semoga bermanfaat.
Berikut ini artikel ayat kursi lengkap disertai dengan bacaan arab latin terjemahan, kami juga setiadakan waktu utama membaca ayat kursi karena terdapat hadits yang memiliki keutamaan luar biasa untuk diri kita, juga kami sediakan tafsir lebih mendalam tentang ayat kursi. Silakan baca artikel ini hingga akhir, agar teman teman bisa mengamalkan ayat kursi lebih maksimal. Semoga bermanfaat bagi teman teman semuanya.
AYAT KURSI
AYAT KURSI LATIN
ARTI AYAT KURSI
“Allah, tidak ada ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya).
Waktu Utama Membaca Ayat Kursi
Teman teman bisa membaca ayat kursi kapan saja, namun terdapat waktu tertentu yang memiliki keutamaan luarbiasa mulai dari dijaga oleh Allah azza wa jalla, bahkan ada juga keutamaan masuk surga hanya membaca ayat kursi, kapan sajakah waktunya? simak penjelasan riwayat hadits dibawah.
1. Ketika pagi dan petang
Mengenai orang yang membaca ayat kursi di pagi dan petang hari, dari Ubay bin Ka’ab, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Siapa yang membacanya ketika petang, maka ia akan dilindungi (oleh Allah dari berbagai gangguan) hingga pagi. Siapa yang membacanya ketika pagi, maka ia akan dilindungi hingga petang.” (HR. Al Hakim 1: 562. Syaikh Al Albani menshahihkan hadits tersebut dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib no. 655)
2. Sebelum tidur
Hal ini dapat dilihat dari pengaduan Abu Hurairah pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang seseorang yang mengajarkan padanya ayat kursi.
Abu Hurairah menjawab, “Wahai Rasulullah, ia mengaku bahwa ia mengajarkan suatu kalimat yang Allah beri manfaat padaku jika membacanya. Sehingga aku pun melepaskan dirinya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa kalimat tersebut?” Abu Hurairah menjawab, “Ia mengatakan padaku, jika aku hendak pergi tidur di ranjang, hendaklah membaca ayat kursi hingga selesai yaitu bacaan ‘Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qoyyum’. Lalu ia mengatakan padaku bahwa Allah akan senantiasa menjagaku dan setan pun tidak akan mendekatimu hingga pagi hari. Dan para sahabat lebih semangat dalam melakukan kebaikan.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Adapun dia kala itu berkata benar, namun asalnya dia pendusta. Engkau tahu siapa yang bercakap denganmu sampai tiga malam itu, wahai Abu Hurairah?” “Tidak”, jawab Abu Hurairah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Dia adalah setan.” (HR. Bukhari no. 2311)
3. Setelah shalat lima waktu
Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Siapa membaca ayat Kursi setiap selesai shalat, tidak ada yang menghalanginya masuk surga selain kematian.” (HR. An-Nasai dalam Al Kubro 9: 44. Hadits ini dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, sebagaimana disebut oleh Ibnu Hajar dalam Bulughul Maram). Maksudnya, tidak ada yang menghalanginya masuk surga ketika mati.
Intinya, ayat kursi punya keutamaan yang luar biasa sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut.
Dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai Abul Mundzir, ayat apa dari kitab Allah yang ada bersamamu yang paling agung?” Aku menjawab, “Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qayyum.” Lalu beliau memukul dadaku dan berkata, “Semoga engkau mudah memperoleh imu, wahai Abul Mundzir.” (HR. Ahmad 21278, Muslim 810, Abu Daud 1460, dan yang lainnya).
Al-Qadhi ‘Iyadh menyatakan, “Hadits ini adalah dalil akan bolehnya mengutamakan sebagian Al-Qur’an dari lainnya dan mengutamakannya dari selain kitab-kitab Allah. Maknanya adalah pahala membacanya begitu besar, itulah makna hadits.”
Apa sebab ayat kursi lebih agung? Imam Nawawi menyebutkan, para ulama berkata bahwa hal itu dikarenakan di dalamnya terdapat nama dan sifat Allah yang penting yaitu sifat ilahiyah, wahdaniyah (keesaan), sifat hidup, sifat ilmu, sifat kerajaan, sifat kekuasaan, sifat kehendak. Itulah tujuh nama dan sifat dasar yang disebutkan dalam ayat kursi. (Syarh Shahih Muslim, 6: 85)
Tafsir Ayat Kursi
“Allah, tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) selain Dia Yang hidup kekal serta terus menerus mengurus (makhluk).”
Allah adalah nama yang paling agung milik Allah ta’ala. Allah mengawali ayat ini dengan menegaskan kalimat tauhid yang merupakan intisari ajaran Islam dan seluruh syariat sebelumnya. Maknanya, tidak ada sesembahan yang benar untuk disembah selain Allah. Konsekuensinya tidak boleh memberikan ibadah apapun kepada selain Allah.
Al-Hayyu dan al-Qayyum adalah dua di antara al-Asma’ al-Husna yang Allah miliki. Al-Hayyu artinya Yang hidup dengan sendirinya dan selamanya. Al-Qayyum berarti bahwa semua membutuhkan-Nya dan semua tidak bisa berdiri tanpa Dia. Oleh karena itu, Syaikh Abdurrahman as-Sa’di mengatakan bahwa kedua nama ini menunjukkan seluruh al-Asma’ al-Husna yang lain.
Sebagian ulama berpendapat bahwa al-Hayyul Qayyum adalah nama yang paling agung. Pendapat ini dan yang sebelumnya adalah yang terkuat dalam masalah apakah nama Allah yang paling agung, dan semua nama ini ada di ayat kursi.
“Dia Tidak mengantuk dan tidak tidur.”
Maha Suci Allah dari segala kekurangan. Dia selalu menyaksikan dan mengawasi segala sesuatu. Tidak ada yang tersembunyi darinya, dan Dia tidak lalai terhadap hamba-hamba-Nya.
Allah mendahulukan penyebutan kantuk, karena biasanya kantuk terjadi sebelum tidur.
Barangkali ada yang mengatakan, “Menafikan kantuk saja sudah cukup sehingga tidak perlu menyebut tidak tidur; karena jika mengantuk saja tidak, apalagi tidur.”
Akan tetapi, Allah menyebut keduanya, karena bisa jadi (1) orang tidur tanpa mengantuk terlebih dahulu, dan (2) orang bisa menahan kantuk, tetapi tidak bisa menahan tidur. Jadi, menafikan kantuk tidak berarti otomatis menafikan tidur.
“Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi.”
Semesta alam ini adalah hamba dan kepunyaan Allah, serta di bawah kekuasaan-Nya. Tidak ada yang bisa menjalankan suatu kehendak kecuali dengan kehendak Allah.
“Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya.”
Memberi syafaat maksudnya menjadi perantara bagi orang lain dalam mendatangkan manfaat atau mencegah bahaya. Inti syafaat di sisi Allah adalah doa. Orang yang mengharapkan syafaat Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam berarti mengharapkan agar Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam mendoakannya di sisi Allah. Ada syafaat yang khusus untuk Nabi Muhammad, seperti syafaat untuk dimulainya hisab di akhirat, dan syafaat bagi penghuni surga agar pintu surga dibukakan untuk mereka. Ada yang tidak khusus untuk Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam, seperti syafaat bagi orang yang berhak masuk neraka agar tidak dimasukkan ke dalamnya, dan syafaat agar terangkat ke derajat yang lebih tinggi di surga.
Jadi, seorang muslim bisa memberikan syafaat untuk orang tua, anak, saudara atau sahabatnya di akhirat. Akan tetapi, syafaat hanya diberikan kepada orang yang beriman dan meninggal dalam keadaan iman. Disyaratkan dua hal untuk mendapatkannya, yaitu:
Izin Allah untuk orang yang memberi syafaat.
Ridha Allah untuk orang yang diberi syafaat.
Oleh karena itu, seseorang tidak boleh meminta syafaat kecuali kepada Allah. Selain berdoa, hendaknya kita mewujudkan syarat mendapat syafaat; dengan meraih ridha Allah. Tentunya dengan menaatiNya menjalankan perintahNya semampu kita, dan meninggalkan semua laranganNya.
“Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka.”
Ini adalah dalil bahwa ilmu Allah meliputi seluruh makhluk, baik yang ada pada masa lampau, sekarang maupun yang akan datang. Allah mengetahui apa yang telah, sedang, dan yang akan terjadi, bahkan hal yang ditakdirkan tidak ada, bagaimana wujudnya seandainya ada. Ilmu Allah sangat sempurna.
“Dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah kecuali dengan apa yang dikehendaki-Nya.”
Tidak ada yang mengetahui ilmu Allah, kecuali yang Allah ajarkan. Demikian pula ilmu tentang dzat dan sifat-sifat Allah. Kita tidak punya jalan untuk menetapkan suatu nama atau sifat, kecuali yang Dia kehendaki untuk ditetapkan dalam al-Quran dan al-Hadits.
“Kursi Allah meliputi langit dan bumi.”
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu menafsirkan kursi dengan berkata : “Kursi adalah tempat kedua telapak kaki Allah.” (HR. al-Hakim no. 3116, di hukumi shahih oleh al-Hakim dan adz-Dzahabi)
Ahlussunnah menetapkan sifat-sifat seperti ini sebagaimana ditetapkan Allah dan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam, sesuai dengan kegungan dan kemuliaan Allah tanpa menyerupakannya dengan sifat makhluk.
Ayat ini menunjukkan besarnya kursi Allah dan besarnya Allah. Dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
“Tidaklah langit yang tujuh dibanding kursi kecuali laksana lingkaran anting yang diletakkan di tanah lapang.” (HR. Ibnu Hibban no.361, dihukumi shahih oleh Ibnu Hajar dan al-Albani)
“Dan Allah tidak terberati pemeliharaan keduanya.”
“Dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar.”
Allah memiliki kedudukan yang tinggi, dan dzat-Nya berada di ketinggian, yaitu di atas langit (di atas singgasana). Dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bertanya kepada seorang budak perempuan: “Di mana Allah?”
Ia menjawab, “Di langit.”
Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bertanya, “Siapa saya?”
Ia menjawab, “Engkau adalah Rasulullah.”
Maka, Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam berkata kepada majikannya (majikan budak perempuan tersebut), “Bebaskanlah ia, karena sungguh dia beriman!” (HR. Muslim no. 537)
Jelaslah bahwa keyakinan sebagian orang bahwa Allah ada dimana-mana bertentangan dengan al-Qur’an dan al-Hadits.
Demikian pula Allah memiliki kedudukan yang agung dan dzatnya juga agung sebagaimana ditunjukkan oleh keagungan kursiNya dalam ayat ini.
- Semua ayat al-Qur’an agung. Adapun ayat yang paling agung adalah ayat kursi.
- Disunnahkan untuk membaca ayat ini setiap selesai shalat wajib, pada dzikir pagi dan sore, dan sebelum tidur.
- Penegasan kalimat tauhid.
- Arti al-Hayyu dan al-Qayyum yang menunjukkan seluruh nama Allah yang lain.
- Semua bentuk kekurangan harus dinafikan dari Allah.
- Arti syafaat dan syarat memperolehnya.
- Ilmu Allah sangat sempurna.
- Kita hanya menetapkan untuk Allah nama dan sifat yang ditetapkan oleh Allah dan RasulNya sesuai dengan keagungan dan kemuliaanNya, tanpa menyerupakannya dengan nama dan sifat makhluk.
- Arti dan keagungan kursi Allah.
- Ketinggian dan keagungan Allah dalam dzat dan kedudukan.
- Kesalahan orang yang mengatakan Allah ada di mana-mana.
- Penetapan banyak nama dan sifat Allah yang menunjukkan kemuliaan dan kesempurnaan-Nya.
Bolehkah Membaca Ayat Kursi Setelah Al-Fatihah Ketika Sholat?
Tanya:
Pak Roy, Saya mau tanya pada saat kita sholat fardhu setelah membaca Al-fatihah kita membaca ayat kursi, hal ini apa diperbolehkan? Saya coba cari referensinya kebanyakan orang melakukan ini pada shalat hajat. Mungkin kalau bapak bisa bantu saya untuk sharing knowledgenya. Thanks. (Sandy M)
Jawab:
Diperbolehkan membaca ayat kursi setelah Al-Fatihah ketika shalat fardhu karena keumuman firman Allah ta’ala:
Artinya: “Maka bacalah apa yang mudah dari Al-Quran.” (Qs. Al-Muzammil: 20)
Maksudnya adalah di dalam shalat (Ma’alimut Tanzil, Al-Baghawy 8/257)
Dan keumuman sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Artinya: “Kemudian bacalah Ummul Quran (Al-Fatihah) dan apa yang Allah kehendaki untuk kamu baca.” (HR.Abu Dawud dan ini adalah lafadz beliau, At-Tirmidzy, dari Rifa’ah bin Rafi’ radhiyallahu ‘anhu, dihasankan oleh At-Tirmidzy dan Syeikh Al-Albany)
Berkata Qais bin Abi Hazim rahimahullahu:
“Aku shalat di belakang Ibnu Abbas di Bashrah kemudian pada rakaat pertama beliau membaca Alhamdulillah (yakni:Al-Fatihah) dan ayat pertama dari surat Al-Baqarah (yakni Alif Laam Miim), kemudian beliau ruku’, kemudian ketika rakaat kedua beliau membaca Alhamdulillah (yakni: Al-Fatihah) dan ayat kedua dari surat Al-Baqarah, kemudian beliau ruku’. Setelah selesai shalat maka beliau menghadapkan diri beliau kepada kami seraya berkata:
Sesungguhnya Allah berfirman: (Maka bacalah apa yang mudah darinya) (Dikeluarkan oleh Ad-Daruquthny 1/136 no:1279, dan Al-Baihaqi 2/60 no:2371, isnadnya dihasankan oleh Ad-Daruqutny)
Berkata Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu:
“Kami memandang diperbolehkan seseorang membaca satu ayat dari sebuah surat ketika shalat fardhu maupun sunnah.” (Asy-Syarh Al-Mumti’ 3/74)
Dengan demikian diperbolehkan setelah Al-Fatihah kita membaca ayat kursi dalam shalat fardhu maupun sunnah, tanpa mengkhususkan atau menyunahkan membaca ayat tersebut pada shalat tertentu karena ini membutuhkan dalil.
Hukum Memajang Ayat Kursi
Di rumah kaum muslimin seringkali dipajang kaligrafi ayat kursi. Di antara tujuan mereka memasangnya ialah agar rumah tersebut tidak diganggu setan atau setan bisa menjauh dari rumah. Ada juga yang bertujuan untuk ‘ngalap berkah’ (tabarruk) dengan ayat Al Qur’an tersebut. Bagaimana ajaran Islam meninjau perbuatan ini?
Syaikh Sholeh Fauzan bin ‘Abdillah Al Fauzan hafizhohullah ditanya.
Apakah boleh seorang muslim menggantungkan ayat kursi, ayat lainnya atau berbagai macam do’a di lehernya atau di rumah, mobil dan ruang kerjanya dalam rangka ‘ngalap berkah’ dan meyakini bahwa dengan menggantungnya setan pun akan lari?
Jawaban beliau hafizhohullah.
Tidak boleh seorang muslim menggantungkan ayat kursi dan ayat Qur’an lainnya atau berbagai do’a yang syar’i di lehernya dengan tujuan untuk mengusir setan atau untuk menyembuhkan diri dari penyakit. Inilah pendapat yang tepat dari pendapat para ulama yang ada. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang menggantungkan tamimah (jimat) apa pun bentuknya. Dan ayat yang digantung semacam itu termasuk tamimah.
Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dalam Kitab At Tauhid menjelaskan bahwa tamimah adalah segala sesuatu yang digantungkan pada anak-anak dengan tujuan untuk melindungi mereka dari ‘ain (pandangan hasad).
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Sungguh jampi-jampi, jimat, dan pelet adalah syirik”. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Daud. Hadits ini dishahihkan oleh Al Hakim dan disepakati oleh Adz Dzahabi.
Sedangkan menggantungkan ayat Qur’an di leher atau bagian badan lainnya tidak diperbolehkan menurut pendapat yang kuat dari pendapat para ulama. Alasannya karena keumuman larangan menggantungkan tamimah. Dan ayat semacam itu termasuk bagian dari tamimah. Alasan kedua, larangan ini dimaksudkan untuk menutup pintu dari hal yang lebih parah yaitu menggantungkan jimat yang bukan dari ayat Qur’an. Alasan ketiga, menggantungkan semacam ini juga dapat melecehkan dan tidak menghormati ayat suci Al Qur’an.
Adapun menggantungkan ayat Al Qur’an pada selain anggota badan seperti pada mobil, tembok, rumah, atau kantor dengan tujuan untuk ‘ngalap berkah’ dan ada juga yang bertujuan untuk mengusir setan, maka saya tidak mengetahui kalau ada ulama yang membolehkannya. Perbuatan semacam ini termasuk menggunakan tamimah yang terlarang. Dan alasan kedua, perbuatan semacam ini termasuk pelecehan pada Al Qur’an. Juga alasan ketiga, hal semacam ini tidak ada pendahulunya (tidak ada salafnya). Para ulama di masa silam tidaklah pernah menggantungkan ayat Qur’an di dinding untuk tujuan ‘ngalap berkah’ atau menghindarkan diri dari bahaya. Yang mereka lakukan malah menghafalkan Al Qur’an di hati-hati mereka (bukan sekedar dipajang). Mereka menulis ayat Qur’an di mushaf-mushaf, mereka mengamalkan dan mengajarkan pelajaran hukum dari berbagai ayat. Yang mereka lakukan adalah mentadabburi ayat Al Qur’an sebagaimana perintah Allah. (As Sihr wa Asy Syu’udzah, Syaikh Dr. Sholeh Fauzan bin ‘Abdillah Al Fauzan, terbitan Darul Qosim, 67-69)
Inilah penjelasan menarik dari beliau hafizhohullah. Untuk melindungi dari berbagai bahaya dan dapat berkah Al Qur’an bukanlah hanya sekedar memajang atau menggantungkan Al Qur’an di leher, di dinding atau di kendaraan sebagaimana yang sering kita saksikan di tengah kaum muslimin dalam kebiasaan mereka menggantungkan ayat kursi. Ayat Al Qur’an bisa bermanfaat ketika dibaca, dihafal di hati, dan ditadabburi. Itulah keberkahan dan manfaat yang bisa diambil dari Al Qur’an Al Karim.
Kisah Setan Yang Mengajarkan Ayat Kursi Kepada Abu Hurairah
Tahukah kalian bahwa sahabat mulia Abu Hurairah pernah mendapat pengajaran ilmu dari setan? Dia pernah diajarkan ayat kursi dan diberitahukan manfaatnya oleh setan bahwa dengan membaca ayat kursi sebelum tidur, Allah akan memberikan penjagaan dan setan pun tidak mengganggu hingga pagi hari. Hal ini yang menunjukkan keutamaan ayat kursi.
Dalam Shahih Bukhari disebutkan kisah di atas secara lengkap sebagai berikut.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mewakilkan padaku untuk menjaga zakat Ramadhan (zakat fitrah). Lalu ada seseorang yang datang dan menumpahkan makanan dan mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Demi Allah, aku benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Lalu ia berkata, “Aku ini benar-benar dalam keadaan butuh. Aku memiliki keluarga dan aku pun sangat membutuhkan ini.” Abu Hurairah berkata, “Aku membiarkannya. Lantas di pagi hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku: “Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?” Aku pun menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengadukan bahwa dia dalam keadaan butuh dan juga punya keluarga. Oleh karena itu, aku begitu kasihan padanya sehingga aku melepaskannya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia telah berdusta padamu dan dia akan kembali lagi.”
Aku pun tahu bahwasanya ia akan kembali sebagaimana yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan. Aku pun mengawasinya, ternyata ia pun datang dan menumpahkan makanan, lalu ia mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Aku benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Lalu ia berkata, “Biarkanlah aku, aku ini benar-benar dalam keadaan butuh. Aku memiliki keluarga dan aku tidak akan kembali setelah itu.” Abu Hurairah berkata, “Aku pun menaruh kasihan padanya, aku membiarkannya. Lantas di pagi hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku: “Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan oleh tawananmu?” Aku pun menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengadukan bahwa dia dalam keadaan butuh dan juga punya keluarga. Oleh karena itu, aku begitu kasihan padanya sehingga aku melepaskannya pergi.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia telah berdusta padamu dan dia akan kembali lagi.”
Pada hari ketiga, aku terus mengawasinya, ia pun datang dan menumpahkan makanan lalu mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Aku benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini sudah kali ketiga, engkau katakan tidak akan kembali namun ternyata masih kembali. Ia pun berkata, “Biarkan aku. Aku akan mengajari suatu kalimat yang akan bermanfaat untukmu.” Abu Hurairah bertanya, “Apa itu?” Ia pun menjawab, “Jika engkau hendak tidur di ranjangmu, bacalah ayat kursi ‘Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qoyyum …‘ hingga engkau menyelesaikan ayat tersebut. Faedahnya, Allah akan senantiasa menjagamu dan setan tidak akan mendekatimu hingga pagi hari.” Abu Hurairah berkata, “Aku pun melepaskan dirinya dan ketika pagi hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya padaku, “Apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?” Abu Hurairah menjawab, “Wahai Rasulullah, ia mengaku bahwa ia mengajarkan suatu kalimat yang Allah beri manfaat padaku jika membacanya. Sehingga aku pun melepaskan dirinya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa kalimat tersebut?” Abu Hurairah menjawab, “Ia mengatakan padaku, jika aku hendak pergi tidur di ranjang, hendaklah membaca ayat kursi hingga selesai yaitu bacaan ‘Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qoyyum’. Lalu ia mengatakan padaku bahwa Allah akan senantiasa menjagaku dan setan pun tidak akan mendekatimu hingga pagi hari. Dan para sahabat lebih semangat dalam melakukan kebaikan.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Adapun dia kala itu berkata benar, namun asalnya dia pendusta. Engkau tahu siapa yang bercakap denganmu sampai tiga malam itu, wahai Abu Hurairah?” “Tidak”, jawab Abu Hurairah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Dia adalah setan.” (HR. Bukhari no. 2311).
Beberapa faedah dari hadits di atas:
1. Imam Bukhari membawakan hadits di atas dalam Bab “Jika seseorang mewakilkan pada orang lain (suatu barang), lalu yang diwakilkan membiarkannya (diambil), kemudian yang mewakilkan menyetujuinya setelah itu, maka itu boleh. Dan jika dia juga berniat meminjamkan hingga tempo tertentu, juga dibolehkan.”
2. Al Muhallab rahimahullah berkata, “Pelajaran yang bisa diambil dari judul bab, jika yang mewakilkan tidak menyetujuinya, maka orang yang diwakilkan tidak boleh melakukannya.”
3. Hadits ini menunjukkan bahwa zakat fitrah boleh dikumpulkan terlebih dahulu sebelum dibagikan. Sedangkan waktu penyalurannya adalah pada saat malam hari raya Idul Fithri.
4. Ketika pencuri dalam hadits tersebut mengadu pada Abu Hurairah tentang keadaannya yang sangat butuh, Abu Hurairah meninggalkannya. Jadi, seakan-akan Abu Hurairah meminjamkan zakat tersebut pada pencuri tadi hingga waktu tertentu, yaitu ditunaikan saat penyaluran zakat (saat malam Idul Fithri).
5. Boleh mengadukan suatu kemungkaran pada hakim.
6. Hadits ini menunjukkan bahwa jin itu ada yang miskin karena dalam riwayat Abu Mutawakkil sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar disebutkan bahwa setan yang mencuri tersebut mengambil zakat fitrah tadi untuk dibagikan pada fuqoro’ (para fakir) dari kalangan jin.
7. Maksud dari bacaan yang diajarkan setan dapat membawa manfaat adalah jika diucapkan, maka setan laki-laki maupun perempuan tidak akan mengganggu atau mendekat sebagaimana disebutkan dalam riwayat Abu Mutawakkil yang dinukil oleh Ibnu Hajar.
8. Setan itu ada laki-laki dan perempuan.
9. Sifat seorang muslim adalah selalu membenarkan perkataan Nabinya. Lihatlah bagaimana Abu Hurairah begitu menaruh percaya pada perkataan Rasulnya bahwa besok pencuri tersebut akan datang.
10. Dalam riwayat Abu Mutawakkil disebutkan bahwa ayat kursi yang disebutkan dalam hadits dibaca ketika pagi dan petang. Sedangkan riwayat Bukhari di atas menyebutkan bahwa ayat kursi tersebut diamalkan sebelum tidur.
11. Hadits ini menunjukkan keutamaan (fadhilah) dari membaca Al Qur’an dan ayat kursi yaitu kita akan mendapatkan penjagaan Allah dan terlindung dari gangguan setan.
12. Para sahabat adalah orang yang paling semangat dalam melakukan kebaikan. Oleh karenanya, jika ada satu kebaikan yang tidak mereka lakukan, maka itu tanda amalan itu bukan kebaikan.
13. Setan itu asalnya pendusta.
14. Setan bisa saja mengajarkan sesuatu yang bermanfaat pada orang beriman.
15. Orang fajir (yang gemar maksiat) seperti setan kadang tidak membawa manfaat, lain waktu kadang membawa manfaat.
16. Bisa saja seseorang mengilmui sesuatu namun ia tidak mengamalkannya.
17. Bisa saja orang kafir itu benar dalam sesuatu yang tidak ditemui pada seorang muslim.
18. Orang yang biasa dusta bisa saja jujur pada satu waktu.
19. Setan bisa berubah wujud jadi manusia sehingga bisa dilihat.
20. Hadits ini juga menunjukkan bahwa jin juga memiliki makanan yang sama seperti manusia.
21. Jin bisa berbicara dengan bahasa yang digunakan manusia.
22. Jin bisa mencuri dan mengelabui orang lain.
23. Jin akan menyantap makanan yang tidak disebut nama Allah di dalamnya.
24. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bisa mengetahui hal yang ghaib.
25. Boleh mengumpulkan zakat fitrah sebelum malam Idul Fithri.
26. Boleh menyerahkan zakat fitrah pada wakil untuk menjaga dan menyalurkannya.
27. Dari mana pun ilmu, dari setan sekali pun boleh diterima. Asalkan diketahui bahwa itu benar atau ada bukti benarnya. Namun jika tidak diketahui bukti benarnya, maka tidak boleh mengambil ilmu dari penjahat atau ahli maksiat.
Faedah berharga di atas, kami kembangkan dan ringkaskan dari penjelasan Ibnu Hajar Al Asqolani dalam Fathul Bari, 6: 487-490.
Panduan melaksanakan mandi wajib atau junub
Mandi wajib atau junub merupakan hal yang harus kita lakukan bagi seorang muslim karena dengan melaksankan mandi wajib maka kita kembali bersih dan suci berikut ini adalah panduan tata cara mandi wajib atau junub yang benar sesuai dengan sunnah.
“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah ditanya tentang seorang laki-laki yang mendapatkan dirinya basah sementara dia tidak ingat telah mimpi, beliau menjawab, “Dia wajib mandi”. Dan beliau juga ditanya tentang seorang laki-laki yang bermimpi tetapi tidak mendapatkan dirinya basah, beliau menjawab: “Dia tidak wajib mandi”.” (HR. Abu Daud no. 236, At Tirmidzi no. 113, Ahmad 6/256. Dalam hadits ini semua perowinya shahih kecuali Abdullah Al Umari yang mendapat kritikan[6]. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Dikarenakan berbagai macam penyebab, seperti setelah haid, nifas, wiladah atau mungkin sesudah berhubungan suami istri. Beruntungnya anda wanita saya akan terangkan lebih detail mulai dari niat mandi wajib, tata cara mandi, cara mengetahui haid apakah sudah selesai atau belum, amalan doa saat haid, larangan saat haid, dll.
Mandi Wajib adalah suatu keharusan yang dilakukan untuk setiap orang. Kegunaan mandi wajib adalah kembali mensucikan diri agar bisa kembali beribadah kepada Allah azza wa jalla. Terdapat beberapa faktor penyebab anda diharuskan mandi wajib.
- Keluarnya air mani dengan syahwat (termasuk mimpi basah)
- Setelah Haid, Nifas, Wiladah
- Setelah berhubungan suami istri
- Orang kafir masuk Islam
- Karena Kematian
Niat Mandi Wajib
Niat Mandi Wajib Latin
Arti Niat Mandi Wajib
Perhatian : Doa niat diatas sangat banyak beredar di internet perlu diketahui doa diatas tidak shahih, tidak ada dalil yang kuat. Apakah boleh diamalkan? Perlu dipahami dan dijadikan prinsip bagi setiap orang yang beriman, bahwa ibadah dalam agama Islam bersifat tauqifiyah, artinya menunggu dalil. Karena hukum asal ibadah adalah haram kecuali jika ada dalilnya. Apapun bentuk ibadah tersebut dan siapapun yang mengajarkannya satu harga mati: semua harus berdalil. Jika tidak, maka itu bukan ibadah meskipun keliatannya adalah ibadah.
Tata Cara Mandi Wajib
- Berniat dan membaca bissmillah sebelum masuk kamar mandi.
- Tuangkan air dan mencuci kedua tangan.
- Cuci tangan kiri dengan cara ambil air dengan tangan kanan (bisa menggunakan gayung). Bersihkan kotoran yang berada di kemaluan dan sekitarnya, pastikan hingga benar-benar bersih.
- Cuci tangan kiri lagi dengan menggosokannya ke lantai atau cuci dengan sabun.
- Kumur dan hirup air kedalam hidung, kemudian wudhu seperti halnya mau sholat (tanpa mencuci kaki, karena mencuci kaki diakhirkan). Perlu di ingat bahwa ini wudhu untuk mandi junub ya. Jika setelah selesai mandi junub dan anda beranjak mau sholat diharuskan wudhu lagi.
- Mungkin ada yang bertanya, apakah wudhu ketika telanjang boleh? jawabannya boleh saja asalkan tidak terlihat orang lain.
- Sela pangkal rambu dan basahi dengan air, hingga membasahi seluruh kepala dan rambut.
- Siram kepala 3x
- Guyur air keseluruh badan dahulukan bagian yang kanan dan bisa menggunakan shower.
- Pindah tempat dan kedua kaki, cuci jari-jari kaki hingga membasahi seluruh kaki.
- Mandi wajib telah selesai, boleh dilanjutkan mandi seperti biasa dengan samphoo, sabun, dll.
5 Hal yang Menyebabkan Mandi Wajib
[17] Fiqh Al Mar’ah Al Muslimah, hal. 51.
Cara Mengetahui Haid Sudah Selesai
Terdapat 2 cara untuk mengetahui apakah haid anda sudah selesai atau belum, diantaranya adalah :
1. Apabila telah keluar cairan bening maka anda sudah siap untuk mandi wajib.
2. Berhentinya darah haid, silakan anda coba tempelkan kapas pada tempat keluarnya haid, apabila kapas tersebuh bersih tidak ada sisa darah, flek kecolkatan atau kekuningan maka anda sudah siap untuk mandi wajib.
Untuk sebagian wanita bisa diketauhi apabila ia sudah kembali suci adalah keluarnya cairan bening, namun sebagian wanita lainnya tidak melihatnya. Namun apabila daerah kewanitaan sudah mengering itu sebagaian tanda anda sudah suci dari haid. Posisi seperti ini jangan ditunda-tunda untuk mandi wajib dan kembali melaksanakan ibadah, seperti sholat, puasa, membaca Al-Qur’an.
Larangan Saat Haid
“Dari Aisyah RA, “Bukankah bila si wanita haid ia tidak shalat dan tidak pula puasa? Itulah kekurangan agama si wanita” (Muttafaqun ‘alaih, HR. Bukhari dan Muslim)
Bagi wanita yang sedang haid tidak boleh melaksanakan sholat, baik itu dirumah maupun di masjid, karena kondisinya dalam keadaan kotor.
“Apakah kami perlu mengqodho’ shalat kami ketika suci?” ‘Aisyah menjawab, “Apakah engkau seorang Haruri? Dahulu kami mengalami haid di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup, namun beliau tidak memerintahkan kami untuk mengqodho’nya. Atau ‘Aisyah berkata, “Kami pun tidak mengqodho’nya.” (HR. Bukhari)
Dari Aisyah RA berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ku halalkan masjid bagi orang yang junub dan haidh”
Namun terdapat berbagai pendapat ulama, ada yang mengatakan boleh saja memasuki masjid namun tidak melaksanakan sholat dan tidak berpotensi mengotori masjid akibat dari kotoran haid.
Terdapat 4 ulama mahdzab semuanya sepakat bahwa wanita yang sedang keadaan haid dilarang menyentuh mushaf Al-Qur’an.
“Barangsiapa yang menyetubuhi wanita haid atau menyetubuhi wanita di duburnya, maka ia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
“Lakukanlah segala sesuatu (terhadap wanita haid) selain jima’ “(HR. Muslim)
Pada hadits tersebut sudah jelas adanya larangan bersetubuh pada saat istri sedang haid, adapun larangan lain bersetubuh pada dubur.
“Hadist Muadzah bertanya kepada Aisyah RA, ‘Kenapa gerangan wanita yang haid mengqadha’ puasa dan tidak mengqadha’ shalat?’ Maka Aisyah menjawab, ‘Apakah kamu dari golongan Haruriyah? ‘ Aku menjawab, ‘Aku bukan Haruriyah, akan tetapi aku hanya bertanya.’ Dia menjawab, ‘Kami dahulu juga mengalami haid, maka kami diperintahkan untuk mengqadha’ puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqadha’ shalat’” (HR. Muslim)
Larangan puasa bagi seorang wanita yang sedang haid atau menstruasi sudah sangat jelas pada hadtis tersebut, apabila anda mengalami haid ketika bulan ramadhan maka anda diwajibkan untuk membayarnya dilain waktu dengan melaksanakan puasa qadha.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan kepada Aisyah, “Lakukanlah segala sesuatu yang dilakukan orang yang berhaji selain dari melakukan thawaf di Ka’bah hingga engkau suci.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Q : Bolehkah wanita haid membaca Al-Qur’an?
A : Boleh, dengan cara membacanya di hp / komputer. Karena hp / komputer bukan termasuk mushaf maka diperbolehkan.
Yang tidak boleh membaca Al-Qur’an adalah seseorang yang sedang junub. Haid dan junub jelas berbeda ya.
Q : Bolehkah wanita haid berdzikir?
A : Boleh
Q : Bolehkah wanita haid membaca ayat kursi?
A : Boleh
Walaupun anda sedang haid bisa melakukan berdzikir untuk tetap mendapatkan amalan.
Amalan Doa Saat Haid
Saat haid anda diperbolehkan untuk berdoa dan berdzikir, seperti doa makan, doa tidur, doa naik kendaraan, dll. Namun pada saat anda haid anda bisa dengan membaca dzikir untuk menambah amalan.
Ada pelajaran yang amat menarik dari Ibnul Qayyim rahimahullah. Dalam kitab beliau Al Wabilush Shoyyib, juga kitab beliau lainnya yaitu Madarijus Salikin dan Jala-ul Afham dibahas mengenai berbagai jenis dzikir.
Dari situ kita dapat melihat bahwa dzikir tidak terbatas pada bacaan dzikir seperti tasbih (subhanallah), tahmid (alhamdulillah) dan takbir (Allahu akbar) saja. Ternyata dzikir itu lebih luas dari itu. Mengingat-ingat nikmat Allah juga termasuk dzikir. Begitu pula mengingat perintah Allah sehingga seseorang segera menjalankan perintah tersebut, itu juga termasuk dzikir. Selengkapnya silakan simak ulasan berikut yang kami sarikan dari penjelasan beliau rahimahullah.
Macam Macam Dzikir
Dzikir dengan mengingat nama dan sifat Allah serta memuji, mensucikan Allah dari sesuatu yang tidak layak bagi-Nya.
Dzikir dari macam pertama ini yang utama adalah apabila dzikir tersebut lebih mencakup banyak sanjungan dan lebih umum seperti ucapan “subhanallah ‘adada kholqih” (Maha suci Allah sebanyak jumlah makhluk-Nya). Ucapan dzikir ini lebih afdhol dari ucapan “subhanallah” saja.
Macam kedua: Menyebut konsekuensi dari nama dan sifat Allah atau sekedar menceritakan tentang Allah. Contohnya adalah seperti mengatakan, “Allah Maha Mendengar segala yang diucapkan hamba-Nya”, “Allah Maha Melihat segala gerakan hamba-Nya, “tidak mungkin perbuatan hamba yang samar dari penglihatan Allah”, “Allah Maha menyayangi hamba-Nya”, “Allah kuasa atas segala sesuatu”, “Allah sangat bahagia dengan taubat hamba-Nya.”
Dan sebaik-baik dzikir jenis ini adalah dengan memuji Allah sesuai dengan yang Allah puji pada diri-Nya dan memuji Allah sesuai dengan yang Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam memuji-Nya, yang di mana ini dilakukan tanpa menyelewengkan, tanpa menolak makna, tanpa menyerupakan atau tanpa memisalkan-Nya dengan makhluk.
Dzikir dengan mengingat perintah, larangan dan hukum Allah.
Jika kedua macam dzikir (pada jenis kedua ini) tergabung, maka itulah sebaik-baik dan semulia-mulianya dzikir. Dzikir seperti ini tentu lebih mendatangkan banyak faedah. Dzikir macam kedua (pada jenis kedua ini), itulah yang disebut fiqih akbar. Sedangkan dzikir macam pertama masih termasuk dzikir yang utama jika benar niatnya.
- Dzikir dengan mengingat berbagai nikmat dan kebaikan yang Allah beri.
- Dzikir dengan Hati dan Lisan
- Dzikir bisa jadi dengan hati dan lisan. Dzikir semacam inilah yang merupakan seutama-utamanya dzikir.
- Dzikir kadang pula dengan hati saja. Ini termasuk tingkatan dzikir yang kedua.
- Dzikir kadang pula dengan lisan saja. Ini termasuk tingkatan dzikir yang ketiga.
Sebaik-baik dzikir adalah dengan hati dan lisan. Jika dzikir dengan hati saja, maka itu lebih baik dari dzikir yang hanya sekedar di lisan. Karena dzikir hati membuahkan ma’rifah, mahabbah (cinta), menimbulkan rasa malu, takut, dan semakin mendekatkan diri pada Allah. Sedangkan dzikir yang hanya sekedar di lisan tidak membuahkan hal-hal tadi.
Jika kita perhatikan dengan seksama apa yang disampaikan oleh Ibnul Qayyim di atas, dapat kita simpulkan bahwa duduk di majelis ilmu yang membahas bagaimana mengenal Allah melalui nama dan sifat-Nya, bagaimana mengetahui secara detail hukum-hukum Allah berupa perintah dan larangan-Nya, itu semua termasuk dzikir. Bahkan jika sampai ilmu itu membuahkan seseorang bersegera taat pada Allah dan menjauhi larangan-Nya, itu bisa menjadi dzikir yang utama sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim sebagai fiqih akbar. Namun jika sekedar mengilmuinya saja, itu pun sudah termasuk dzikir. Itu berarti bukan suatu hal yang sia-sia jika seseorang berlama-lama duduk di majelis ilmu untuk mendengarkan nasehat para ulama yang di mana di dalamnya dibahas hal yang lebih detail tentang Allah, dibahas pula berbagai perintah dan larangan-Nya. Ini sungguh merupakan dzikir yang amat utama.
Semoga Allah menganugerahkan pada kita semangat dan keistiqomahan untuk terus belajar dan tidak lalai dari dzikir pada-Nya.
Referensi:
Al Wabilush Shoyyib, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, tahqiq: ‘Abdurrahman bin Hasan bin Qoid, terbitan Dar ‘Alam Al Fawaid, hal. 216-221.
Hukum Mandi Wajib
Wajibkah Mandi Wajib Apabila Melakukan Masturbasi
Bolehkah Puasa Tanpa Mandi Wajib?
Mandi Junub Harus Menggunakan Shampo dan Sabun?
Mandi Wajib Ketika Sakit
Hukum Mandi Wajib di Kolam Renang
Setelah Mandi Wajib Apakah Masih Harus Wudhu?
Panduan Puasa Senin Kamis Lengkap serta manfaat dan keutamaan
puasa memiliki pahala yang besar, orang yang berpuasa doanya tidak akan tertolak. maka daripada itu kita panjatkan doa sebanyak banyaknya yang kita ingin agar doa doa kita bisa terwujud.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدْ مِنَ النَّارِ
“Puasa adalah perisai, seorang hamba berperisai dengannya dari api neraka” [Hadits Riwayat Ahmad 3/241, 3/296 dari Jabir, Ahmad 4/22 dan Utsman bin Abil ‘Ash. Ini adalah hadits yang shahih]
Rasulallah sallallahu alaihi wasallam memerintahkan kita untuk berpuasa hari senin dan hari kamis. Berikut ini niat puasa senin kamis dan doa berbukanya.
Waktu Sahur Puasa Senin Kamis
Jam yang tepat untuk melaksanakan sahur adalah sebelum adzan shubuh berkumandang, berhentilah makan ketika adzan shubuh. Saran dari saya sisakan waktu 30 menit sebelum adzan untuk mengakhiri sahur. Agar anda masih bisa untuk menggosok gigi / bersiwak.
Niat Puasa Sunnah Untuk Jodoh dan Hajat
Catatan : Niat puasanya berada dibawah, pada saat setelah berbuka dilanjutkan dengan berdoa, doannya setelah hadits dibawah ini. Karena doa orang yang berpuasa hingga berbuka doanya tidak akan tertolak jadi perbanyaklah mohon apapun yang kalian inginkan sama Allah termasuk jodoh, hajat dan kesuksesan.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu secara marfu’:
ثَلَاثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالْإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ يَرْفَعُهَا اللَّهُ فَوْقَ الْغَمَامِ وَيَفْتَحُ لَهَا أَبْوَابَ السَّمَاءِ وَيَقُولُ الرَّبُّ : وَعِزَّتِي لَأَنْصُرَنَّكِ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ
“Ada tiga golongan manusia yang do’anya tidak akan ditolak : Orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan do’anya orang yang dizhalimi, Allah akan mengangkat doanya sampai di atas awan dan dibukakan pintu-pintu langit untuknya, dan Allah berfirman : Demi keagungan-Ku, Aku benar-benar akan menolongmu meskipun tidak serta merta.” (HR. Tirmidzi dan yang lainnya, hadits ini dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani)
Doa Dimudahkan Jodoh
Laki-Laki
رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ زَوْجَةً طَيِّبَةً أَخْطُبُهَا وَأَتَزَوَّجُ بِهَا وَتَكُوْنُ صَاحِبَةً لِى فِى الدِّيْنِ وَالدُنْيَا وَالْأَخِرَةِ
ROBBI HABLII MILLADUNKA ZAUJATAN THOYYIBAH AKHTUBUHAA WA ATAZAWWAJU BIHA WATAKUNU SHOOHIBATAN LII FIDDIINI WADDUNYAA WAL AAKHIROH.
Artinya: Ya Robb, berikanlah kepadaku istri yang terbaik dari sisi-Mu, istri yang aku lamar dan nikahi dan istri yang menjadi sahabatku dalam urusan agama, urusan dunia dan akhirat.
Perempuan
رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ زَوْجًا طَيِّبًا وَيَكُوْنُ صَاحِبًا لِى فِى الدِّيْنِ وَالدُنْيَا وَالْأَخِرَة
ROBBI HABLII MILLADUNKA ZAUJAN THOYYIBAN, WAYAKUUNA SHOOHIBAN, LII FIDDIINI WADDUNYAA WAL AAKHIROH
Artinya: Ya Robb, berikanlah kepadaku suami yang terbaik dari sisi-Mu, suami yang juga menjadi sahabatku dalam urusan agama, urusan dunia & akhirat.
Doa Dimudahkan Hajat
LAA ILAHA ILLALLOHUL HALIIMUL KARIIMU SUBHAANALLAHI ROBBUL ‘ARSYIL ‘AZHIIM.
ALHAMDULILLAHI ROBBIL ‘AALAMIIN. AS ‘ALUKA MUUJIBAATI ROHMATIKA WA ‘AZAAIMA MAGHFIROTIKA WAL GHONIIMATA MING KULLI BIRRIN WASSALAAMATA MING KULLI ITSMIN.
LAA TADA‘ LANA DZANBAN ILLA GHOFARTAHU WALAA HAMMAN ILLAA FAROJATAHU WALAA HAAJATAN HIYA LAKA RIDHONILLA QODHOITAHAA YAA ARHAMAR ROOHIMIIN.
Artinya: “Tidak ada Tuhan melainkan Allah Yang Maha Lembut dan Maha Penyantun. Maha Suci Allah, Tuhan pemelihara Arsy yang Maha Agung. Segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. Kepada-Mu-lah aku memohon sesuatu yang mewajibkan rahmat-Mu, dan sesuatu yang mendatangkan ampunan-Mu dan memperoleh keuntungan pada tiap-tiap kebaikan. Janganlah Engkau biarkan dosa daripada diriku, melainkan Engkau ampuni dan tidak ada sesuatu kepentingan, melainkan Engkau beri jalan keluar, dan tidak pula sesuatu hajat yang mendapat kerelaan-Mu, melainkan Engkau kabulkan. Wahai Tuhan Yang Paling Pengasih dan Penyayang.”
Adapula amalan lain untuk mempermudah jodoh dan hajat adalah dengan melaksanakan sholat dhuha dan sholat tahajud.
Niat Puasa Sunnah Senin
نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ اْلاِثْنَيْنِ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى
NAWAITU SAUMA YAUMAL ITSNAINI SUNNATAN LILLAHI TAA’ALA
Saya niat puasa hari Senin, sunnah karena Allah ta’ala.
Niat Puasa Sunnah Kamis
نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ الْخَمِيْسِ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى
NAWAITU SAUMA YAUMAL KHOMIISI SUNNATAN LILLAHI TAA’ALA
Saya niat puasa hari Kamis, sunnah karena Allah ta’ala.
Waktu Berbuka Puasa Sunnah Senin Kamis
Bagi seluruh umat islam yang berpuasa, waktu berbuka adalah waktu yang sangat membahagiakan. Karena pada waktu itu kita sudah bisa kembali makan dan minum.
Waktu yang tepat untuk berbuka puasa senin kamis adalah ketika adzan magrib berkumandang.
Ketika adzan magrib sudah berkumandang di masjid / mushola sekitar rumah anda sudah dapat dipastikan bisa berbuka puasa. Berbukalah minum dan makan secukupnya, agar anda bisa melaksanakan sholat magrib.
Niat Berbuka Puasa Senin Kamis
Setelah menahan haus, lapar, dan hawa nafsu. Tiba-tiba terdengar suara adzan magrib berkumandang yang berarti waktu yang tepat untuk berbuka puasa senin kamis. Dibawah ini bukan hanya doa buka puasa senin kamis. Tapi juga bisa untuk doa buka puasa bayar hutang puasa ramadhan.
Hukum Puasa Senin Kamis Tidak Sahur
Tidak sahur dan tidak berniat sebelum subuh untuk puasa sunnah termasuk puasa senin kamis dibolehkan. Contohnya apabila anda terbangun dari tidur jam 9 pagi namun anda berniat puasa sunnah senin kamis jam 9 pagi tidak apa-apa (sah).
Namun untuk puasa wajib seperti puasa ramadhan diharuskan berniat sebelum adzan subuh berkumandang. Jika kurang jelas tonton video berikut ini.
Keutamaan dan Manfaat Puasa Senin dan Kamis
Apabila Allah azza wa jalla dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memperintahkan sesuatu, maka kita diwajibkan sami na wa atho na. Yang artinya kami dengar dan kami taat. Dengan melakukan puasa senin dan kamis akan menambah pahala yang melimpah dan kesehatan untuk tubuh.
1. Meremajakan sel kulit
Sel-sel kulit insan yang telah mati perlu diganti atau dengan kata lain diremajakan kembali. Anda tidak perlu pertolongan produk atau obat tertentu yang harus dikonsumsi. Anda hanya perlu melaksanakan puasa senin kamis secara rutin. Hal itu dikarena, bekerjasama dengan metabolisme dalam badan insan yang berhenti ketika berpuasa, dan itu mengakibatkan sel-sel badan sanggup bekerja lebih aktif lagi, mirip halnya sel-sel kulit.
2. Mengencangkan kulit
Mungkin Anda tidak percaya apa hubungannya antara puasa senin kamis dengan pengencangan kulit. Seperti halnya peremajan kulit, ketika Anda berpuasa sehari penuh metabolisme dalam badan juga ikut beristirahat sehingga menciptakan sel-sel dalam badan bekerja lebih maksimal. Hasilnya, antara lain, organ badan luar, mirip kulit akan lebih sehat dan kencang. Coba buktikanlah!
3. Mengeluarkan toxin / racun dalam tubuh
Tanpa penelitian dari para ilmuwan, Anda pun sanggup berpikir secara logika, jikalau puasa puasa senin kamis sanggup meneluarkan toksin atau racun dalam tubuh. Racun yang bercampur dalam lemak, darah, atau belahan yang lain itu berasal dari kuliner dan minuman yang kita konsumsi sehari-hari. Untuk mengeluarkannya bukan hanya dengan berolah raga saja. Namun, Anda harus berhenti mengkonsumsi kuliner dan minuman minimal selama sehari, semoga racun sanggup dikeluarkan dengan efektif. Pengeluarannya sanggup lewat keringat, urine, atau ketika Anda buang air besar. Cara puasa senin kamis memang dipercaya ampuh untuk mengelurkan racun yang sudah mengendap dalam tubuh. Jika racun-racun tersebut sudah keluar, maka Anda akan mencicipi badan Anda lebih sehat dan bugar.
4. Memberikan istirahat untuk organ pencernaan
Organ perncernaan dalam badan yang Anda miliki diibaratkan mirip mesin, sebut saja mesin kendaraan bermotor. Tidak mungkin sebuah mesin sanggup dihidupkan dan dijalankan terus menerus alasannya yaitu hanya akan merusak salah satu atau lebih onderdil atau suku cadang belahan dari mesin tersebut. Oleh alasannya yaitu itu, mesin kendaraan bermotor juga membutuhkan istirahat semoga tidak cepat rusak komponen di dalamnya. Selain itu, juga membutuhkan perawatan yang rutin.
Seperti juga organ pencernaan dalam badan Anda yang membutuhkan istirahat untuk tidak bekerja minimal sehari sampai dua hari dalam seminggu. Hal itu berfungsi untuk mengoptimalkan fungsi organ pencernaan, mengeluarkan racun-racun dalam organ pencernaan, serta sebagai perawatan rutin semoga tidak cepat rusak untuk organ pencernaan Anda. Satu-satunya cara efektif yang bisa Anda lakukan untuk mengistirahatkan organ perncernaan yaitu puasa senin kamis.
5. Menurunkan kadar lemak
Lemak memang salah satu nutrisi yang diperlukan badan Anda. namun, jikalau Anda mempunyai lemak dalam badan yang terlalu banyak tentu hanya akan menciptakan penyakit datang. Oleh alasannya yaitu itu, kelebihan lemak dalam badan Anda harus dihilangkan. Ada tiga cara yang sangat efektif dan sanggup Anda lakukan segera, yaitu berolah raga secara teratur, melaksanakan diet yang menyehatkan, dan melaksanakan puasa senin kamis. Ketiga cara tersebut jikalau dilakukan dengan benar, dijamin akan menurunkan kadar lemak dalam badan Anda. balasan positifnya, badan Anda akan terhindar dari gangguan penyakit, mirip tekanan darah tinggi atau kolesterol.
6. Mempercantik kaum perempuan secara alami
Dengan berpuasa senin kamis, sel-sel badan akan mengalami reorganisasi atau pergantian secara teratur. Hal itu yang mengakibatkan sel-sel dalam badan Anda selalu mengalami peremajaan. Dengan begitu, organ dalam maupun luar badan Anda akan menjadi lebih sehat dan segar. Misalnya, pada organ kulit yang mengalami peremajaan sel-sel kulit akan menjadikan kulit wajah lebih bersih, segar, dan terlihat cantik. Bagi Anda para perempuan yang menginginkan terlihat selalu tampil bagus dan infinit muda, tidak ada salahnya mencoba melakukanpuasa senin kamis.
7. Menenangkan jiwa dan perasaan
Orang sudah terbiasa melaksanakan puasa senin kamis biasanya sanggup lebih mengontrol pikiran dan perasaannya. Sebagai contoh, dengan puasa senin kamis orang sanggup lebih bersabar, mengontrol hawa nafsu, dan pikiran-pikiran kotor atau negatif. Dengan terkontrolnya pikiran, akan mengakibatkan ketenangan jiwa. Bagi Anda yang selama ini selalu dihantui rasa takut, stres, depresi, atau mengarah pada gangguan kejiwaan. Cobalah mempraktikkan puasa senin kamis semoga pikiran dan jiwa Anda lebih damai dan terkontrol.
8. Mampu mengendalikan hawa nafsu
Orang yang sering melaksanakan puasa senin kamis lebih bisa dan hebat mengendalikan hawa nafsu yang selalu bergejolak dalam hati dan pikirannya. Contoh yang logis yaitu seorang cowok atau pemudi yang selalu merasa kesepian dan selalu terbayang bekerjasama dengan lawan jenisnya. Setiap insan normal niscaya berharap mirip itu. Namun, hawa nafsu mirip itu harus selalu dikontrol semoga tidak mengakibatkan imbas negatif pada diri yang bersangkutan. Salah satu cara yang paling efektif untuk mengendalikan hawa nafsu yaitu melaksanakan puasa senin kamis.
9. Lebih peka terhadap lingkungan sekitar
Saat Anda melaksanakan puasa senin kamis, niscaya akan mencicipi lapar dan haus yang sangat. Rasa mirip itulah yang dirasakan oleh banyak orang miskin dan tidak mampu. Mereka untuk mengisi perut semoga tetap bisa hidup sampai mengemis atau memungut kuliner sisa dari tumpukan sampah. Namun, Anda tentu lebih beruntung alasannya yaitu tidak mengalaminya. Oleh alasannya yaitu itu, orang yang biasa berpuasa senin kamis lebih peka terhadap kondisi lingkungan sekitar. Rasa ini menjadi lebih besar ketika orang yang berpuasa tersebut mengalami rasa lapar dan haus, mirip yang dirasakan orang-orang miskin.
10. Lebih banyak beramal
Orang yang terbiasa puasa senin kamis akan lebih meningkatkan amalan ibadahnya dengan banyak beramal. Misalnya, memperlihatkan pertolongan kepada fakir miskin, orang yang tidak mampu, atau kepada belum dewasa yatim. Orang tersebut yakin dengan banyaknya amalan pemanis pendamping puasa senin kamis yang dijalankannya, maka akan memperoleh banyak pahala yang berlipat. Itulah imbas kasatmata secara tidak eksklusif yang sanggup diraih setiap orang yang puasa senin kamis.
#1 Kesuksesan
Dengan berpuasa sunnah berarti sama saja beriman kepada Allah. Maka dengan izinNya, Apa yang telah dicita-citakan dengan mudah tercapai dalam karir. InsyaAllah
#2 Kecantikan
Berpuasa sunnah secara rutin maka akan membuat wanita jadi lebih cantik, aura kecantikan akan keluar sangat kuat.
#3 Cepat dapat Jodoh
Bagi wanita yang sedang lajang, akan dengan mudah mendapatkan jodoh. Jangan lupa untuk terus berdoa kepada Allah dimudahkan mendapatkan pasangan yang baik. Karena Allah sangat senang jika umatnya selalu berdoa kepadaNya.
Bacalah doa ini pada setiap selesai sholat fardu :
Doa dimudahkan mendapatkan Jodoh untuk Pria
ROBBI HABLII MILLADUNKA ZAUJATAN THOYYIBAH AKHTUBUHAA WA ATAZAWWAJU BIHA WATAKUNU SHOOHIBATAN LII FIDDIINI WADDUNYAA WAL AAKHIROH.
Ya Robb, berikanlah kepadaku istri yang terbaik dari sisi-Mu, istri yang aku lamar dan nikahi dan istri yang menjadi sahabatku dalam urusan agama, urusan dunia dan akhirat.
Doa dimudahkan mendapatkan Jodoh untuk Wanita
ROBBI HABLII MILLADUNKA ZAUJAN THOYYIBAN WAYAKUUNA SHOOHIBAN LII FIDDIINI WADDUNYAA WAL AAKHIROH
Ya Robb, berikanlah kepadaku suami yang terbaik dari sisi-Mu, suami yang juga menjadi sahabatku dalam urusan agama, urusan dunia & akhirat.
#4 Dikabulkannya hajat
Jangan berhenti untuk berdoa dan meminta sama Allah, karena Allah sangat senang apabila umatnya meminta kepadanya. Kalau kita terus minta sama manusia, pasti manusia akan marah. Tapi kalau anda minta sama Allah, pasti doa anda akan dikabulkan.
Dengan melakukan puasa wajib atau sunnah hingga berbuka. Doanya insyaAllah tidak akan tertolak.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
مَنْ صَامَ يَوْمًا فِيْ سَبِيْلِ اللَّهِ جَعَلَ اللَّهُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّارِ خَنْدَقًا كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأرْض
“Barangsiapa yang berpuasa sehari di jalan Allah maka di antara dia dan neraka ada parit yang luasnya seperti antara langit dengan bumi”
Dikeluarkan oleh Tirmidzi no. 1624 dari hadits Abi Umamah, dan di dalam sanadnya ada kelemahan. Al-Walid bin Jamil, dia jujur tetapi sering salah, akan tetapi di dapat diterima. Dan dikeluarkan pula oleh At-Thabrani di dalam Al-Kabir 8/260,274, 280 dari dua jalan dari Al-Qasim dari Abi Umamah. Dan pada bab dari Abi Darda’, dikeluarkan oleh Ath-Thabrani di dalam Ash-Shagir 1/273 di dalamnya terdapat kelemahan. Sehingga hadits ini SHAHIH
Berpuasa adalah salah satu bentuk ketakwaan kita kepada Allah azza wa jalla. Dengan berpuasa mencari kerdihaan Allah untuk mendapatkan surganya yang penuh akan kenikmatan.
Nasihat bagi diri saya sendiri dan pembaca blog ini. Kita terus semangat berpuasa sunnah senin kamis, untuk tambahan bekal di akhirat nanti. Derajat di surga harus kita kejar agar mendapatkan derajat yang lebih tinggi.
Sahabat ku pembaca blog ini, saran dari saya janganlah berhenti untuk beribadah kepada Allah.
Memang kita lelah beribadah, tapi percayalah sahabatku kita PASTI akan merasakan nikmat yang telah kita lakukan di dunia ini, kita PASTI akan mendapatkan balasan apa yang telah kita perbuat. Jangan sampai menyesal ketika sudah sakaratul maut dan baru ada niat untuk bertaubat, maka daripada itu mari kita perbanyak pahala.
Perbayaklah puasa, berzakat, bersedekah, datangi kajian sunnah.
Saya berikan trik agar bisa bersedekah rutin setiap hari tanpa lupa.
– Buka Internet Banking kalian masing masing.
– Klik bagian TRANSFER
– Masukan nominal Rp.50.000, lebih banyak lebih baik.
– Transfer ke lembaga amal yang kredibel dan dapat dipercaya
– Setting otomatis TRANSFER HARIAN selama setahun
– Done
Dalam Firman Allah :
مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَٰلَهُمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِى كُلِّ سُنۢبُلَةٍ مِّا۟ئَةُ حَبَّةٍ ۗ وَٱللَّهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُ ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ
“Perumpamaan (nafkah yang di keluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS: Al-Baqarah Ayat: 261)
مَّن ذَا ٱلَّذِى يُقْرِضُ ٱللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَٰعِفَهُۥ لَهُۥٓ أَضْعَافًا كَثِيرَةً ۚ وَٱللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْصُۜطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu di kembalikan.” (QS: Al-Baqarah Ayat: 245)
Apabila sudah bersedekah dan berzakat, janganlah untuk tinggalkan shalat berjamaah 5 waktu di masjid bagi pria
Lakukan itu secara rutin, maka ajal bukan bagian yang ditakutkan. Sesungguhnya itu adalah kemenangan bagi orang yang beriman dan beramal sholeh.
Silakan disebarkan artikel ini, copy dan paste saya perbolehkan. beritahu teman kerabat dan sahabat.
sumber :
Hadits https://almanhaj.or.id/1062-keutamaan-puasa.html
Bacaan Niat Puasa : http://www.blogkhususdoa.com/2015/01/bacaan-niat-puasa-senin-kamis-lengkap-arab-latin-dan-artinya.html
niat berbuka https://hidupsimpel.com/niat-puasa-senin-kamis/
Bacaan shalat jenazah dalam bahasa arab
Setiap manusia memiliki umur hidup di dunia ini, mereka akan ditanya waktunya digunakan untuk apa. Dan amal yang telah kita kerjakan didunia akan mendapatkan balasannya. begitu pula kejahatan yang kita perbuatan di dunia ini. pasti akan mendapatkan balasannya juga.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ ». يَعْنِى الْمَوْتَ.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan”, yaitu kematian”. (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Tirmidzi).
Dibawah ini adalah panduan shalat jenazah sesuai sunnah, arab, latin, dan artinya serta disediakan cara mengubur jenazah.
Posisi Sholat Jenazah
Syarat Wajib Shalat Jenazah
- Jenazah harus tertutup auratnya
- Mayit harus di mandikan dan disucikan dari najis / hadas besar
- Mayit sudah dikafani
- Letak Mayit / Jenazah sebelah kiblat orang yang menyalatinya, kecuali jika shalat dikerjakan di atas kubur atau Sholat Ghaib.
Rukun Shalat Jenazah
Rukun shalat jenazah ada tujuh (7), yaitu:
- Niat.
- Empat kali takbir.
- Berdiri bagi orang yang mampu.
- Membaca Surat Al-Fatihah.
- Membaca shalawat atas Nabi sallallahu alaihi wasallam setelah takbir yang kedua.
- Doa untuk jenazah setelah takbir yang ketiga.
- Salam.
Niat Sholat Jenazah
Bacaan Doa Sholat Jenazah
1. Setelah Takbir pertama membaca:
ALLAHUMMA SHOLLI ALAA MUHAMMAD WA ALA AALI MUHAMMAD, KAMAA SHOLAITA ALA IBROOHIIM WA ALA AALI IBROOHIIM. INNAKA HAMIIDUN MAJIID
ALLAHUMMA BAARIK ALA MUHAMMAD WA ALA AALI MUHAMMAD, KAMAA BAAROKTA ALA IBROOHIIM WA ALA AALI IBROOHIIM. INNAKA HAMIIDUN MAJIID
*****
3. Setelah Takbir Ketiga membaca:
ALLAHUMMAGH FIRLA-HU (HAA) WAA WARHAM-HU (HAA) WA’AAFI-HI(HAA) WA’FU AN-HU (HAA)
“Ya Allah, ampunilah dia, berilah rahmat, sejahtera dan maafkanlah dia.”
Catatan : Jika jenazah wanita, lafazh ‘HU/HI’ diganti ‘HAA’.
atau versi yang lebih lengkap
ALLAAHUMMAGHFIR LA-HU (HAA) WARHAM-HU (HAA) WA’AFI-HI (HAA)WA’FU ‘AN-HU (HAA), WA AKRIM NUZUULA-HU (HAA), WAWASSI’ MADKHOLA-HU (HAA), WAGHSIL-HU (HAA) BIL MAA-I WATS TSALJI WAL-BARADI, WANAQQI-HI (HAA) MINAL KHATHAYAAYAA KAMAA YUNAQQATS TSAUBUL ABYAD-HU (HAA) MINAL DANASI, WA ABDIL-HU (HAA) DAARAN KHAIRAN MIN DAARI-HI (HAA), WA AHLAN KHAIRAN MIN AHLI-HI (HAA), WA ZAUJAN KHAIRAN MIN ZAU-JI-HI (HAA), WAQI-HI (HAA) FITNATAL QABRI WA’ADZABAN NAARI.
“Ya Allah, Ampunilah dia (mayat) berilah rahmat kepadanya, selamatkanlah dia (dari beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau istri di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.” (HR. Muslim no. 963)
Setelah takbir keempat terdapat 2 pilihan, bisa langsung salam. Bisa juga mendoakan kebaikan bagi keluarga jenazah. Salah satu doa yang di ajarkan ulama ada di bawah ini. berikut doa sholat jenazah takbir ke 4.
ALLAHUMMA LA TAHRIM NAA AJRAHU WALAA TAFTINNAA BA’DAHU WAGHFIRLANAA WALAHU
Ya Allah janganlah kami tidak Engkau beri pahalanya, dan janganlah Engkau beri fitnah kepada kami sesudahnya, dan berilah ampunan kepada kami dan kepadanya
Doa Sholat Jenazah Anak-Anak (Belum Baligh)
Adanya perbedaan bacaan doa untuk jenazah dewasa dan anak yang belum baligh. Sebagian orang punya anggapan bacaan jenazah dewasa dan anak kecil harus berbeda dengan alasan anak kecil yang belum baligh belum punya dosa.
Sedangkan sholat jenazah pada umumnya setelah takbir ketiga isinya meminta ampun kepada Allah, agar Allah mengampuni dosanya mayit.
Maka sebagian orang punya anggapan untuk jenazah anak kecil belum mempunyai dosa dan tidak cocok menggunakan doa itu. Ternyata pada zaman nabi anggapan seperti ini sudah ada, namun anggapan seperti ini adalah anggapan yang tidak sepenuhnya benar.
Apabila jenazah anak kecil diperbolehkan menggunakan bacaan sholat jenazah seperti halnya orang dewasa.
Namun jika anda ingin menghafal doa khusus mayit anak-anak bisa menghafalnya berikut ini.
Doa khusus untuk mayit anak-anak (Baca setelah takbir ketiga) :
“Ya Allah, Jadikan kematian anak ini sebagai simpanan pahala dan amal baik serta pahala buat kami”. (HR. Bukhari secara mu’allaq -tanpa sanad- dalam Kitab Al-Janaiz, 65 bab Membaca Fatihatul Kitab Atas Jenazah 2: 113)
Shalat Jenazah Janin yang Keguguran
Terdapat 2 jenis shalat jenazah dalam kondisi keguguran :
1. Keguguran setelah ruh ditiupkan (diatas 4 bulan 10 hari)
2. Keguguran sebelum ruh ditiupkan (dibawah 4 bulan 10 hari)
Jika pada janin masuk dalam nomor 1, janin tersebut berhak mendapatkan shalat jenazah (ada kewajiban shalat jenazah untuk janin)
Jika janin dibawah 4 bulan 10 hari maka janin langsung saja dimakam kan tanpa perlu di shalatkan.
Bagaimana Sholat Jenazah Banyak?
Shalat jenazah untuk mayat banyak dapat dilaksanakan satu persatu untuk tiap-tiap mayat maupun dengan satu kali shalat untuk mayat banyak. Dalam hal ini lebih utama bila dilaksanakan jadi satu sehingga pemakaman dapat segera dilaksanakan. (Al Majmu’: V/225-226).
Doa Setelah Sholat Jenazah
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan kita untuk berdoa bagi kebaikan mayat dalam shalat jenazah dan setelah dikubur.
Banyak sahabat Radhiyallahu anhum yang dishalatkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun tidak ada riwayat yang menyebutkan bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan mereka setelah shalat jenazah.
Andai beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat pernah melakukannya, niscaya hal tersebut akan dinukilkan.
Jadi, melakukan doa bersama seperti ini tidak ada contohnya, dan jika dilakukan secara terus-menerus seperti ini merupakan penambahan syarî’ah baru dalam agama Islam yang sudah sempurna.
Syaikh Abdul-‘Azîz bin Bâz rahimahullah berkata, “Hal ini tidak ada dasarnya. Ini adalah bid’ah yang tidak ada contohnya. Setelah salam, doa dan shalat jenazahpun selesai. Sepengetahuan kami, berdiri untuk berdoa setelahnya tidak ada dalilnya.” Fatâwâ Nur ‘ala Darb, 14/19.
Untuk penjelasan lengkapnya buka link berikut
Sumber: https://almanhaj.or.id/3297-berdoa-bersama-setelah-shalat-jenazah.html
Tata Cara Menguburkan Jenazah
![]() |
Bentuk Liang Lahat (Rumaysho.Com) |
Mayit dimasukkan dalam kubur dengan mengakhirkan kepala dan dimasukkan dengan lemah lembut.
Bagi yang memasukkan ke liang lahat hendaklah mengucapkan: Bismillah wa ‘alaa millati rosulillah (Dengan nama Allah dan di atas ajaran Rasulullah).
Larangan Terhadap Kuburan
Dilarang mendirikan bangunan di atas kubur dan tidak boleh kubur disemen. Ini pendapat dalam madzhab Syafi’i namun banyak diselisihi oleh kaum muslimin di negeri kita karena kubur yang ada saat ini dipasang kijing, marmer dan atap.
Padahal terdapat hadits, dari Jabir, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari memberi semen pada kubur, duduk di atas kubur dan memberi bangunan di atas kubur.” (HR. Muslim no. 970). Sudah dibahas oleh Rumaysho.Com: Memasang Kijing, Marmer dan Atap di Atas Kubur.
Tidak Boleh Menangisi Mayit Dengan Suara yang Keras
Boleh menangisi mayit asal tidak dengan niyahah (meratap atau meraung-raung dengan suara teriak atau keras), diharapkan keluarga sabar dan ridho.
Disunnahkan menta’ziyah keluarga mayit hingga hari ketiga setelah pemakaman.
Tata Cara Sholat Jenazah Sholat Jenazah Sesuai Sunnah
Terdapat contoh posisi sholat apabila jenazah pria dan wanita. untuk lebih jelas posisinya bisa tonton dibawah ini.
Panduan dan Bacaan Tata cara sholat yang baik dan benar
Panduan dan Bacaan Tata cara sholat yang baik dan benar, sesuai dengan apa yang di ajarkan nabi
Shalat berasal dari kata bahasa arab yang artinya menurut bahasa ialah doa.
Menurut syara` shalat adalah berhadap hati kepada Allah sebagai ibadat dalam bentuk beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam serta menurut syarat-syarat yang telah ditentukan syara’.
Bacaan Takbir Niat Shalat Lima Waktu :
- Dhuhur
أُصَلِّى فَرْضَ الظُّهْرِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءًلله تعالى
“ Sengaja aku mengerjakan sembahyang fardhu Dhuhur empat rakaat menghadap kiblat karena Allah ta’ala”.
- Ashar
أُصَلِّى فَرْضَ الْعَصْرِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءًلله تعالى
“ Sengaja aku mengerjakan sembahyang fardhu Ashar empat rakaat menghadap kiblat karena Allah ta’ala”.
- Magrib
أُصَلِّى فَرْضَ الْمَغْرِبِ ثَلَاثَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءًلله تعالى
“ Sengaja aku mengerjakan sembahyang fardhu Magrib tiga rakaat menghadap kiblat karena Allah ta’ala”.
- Insya
أُصَلِّى فَرْضَ الْعِشَاءِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءًلله تعالى
“ Sengaja aku mengerjakan sembahyang fardhu Isya empat rakaat menghadap kiblat karena Allah ta’ala”.
- Subuh
أُصَلِّى فَرْضَ الصُّبْحِ رَكَعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءًلله تعالى
“ Sengaja aku mengerjakan sembahyang fardhu Subuh dua rakaat menghadap kiblat karena Allah ta’ala”.
Tata Cara Dalam Mengerjakan Shalat Lima Waktu :
- Berdiri tegak menghadap kiblat dan niat mengerjakan shalat
Niat merupakan perbuatan hati yang dilafazkan dalam hati bersamaan dengan takbiratul ihram.
Cara melafazkan bacaan niat shalat fardhu dilafazkan dalam hati menurut shalat masing-masing yang sedang dikerjakan, misalnya shalat shubuh, dhuhur atau yang lainnya.
Lalu mengangkat kedua belah tangan serta membaca TakbiratuL ihram “ALLAHU AKBAR”, setelah takbiratul ihram kedua belah tangan di sedekapkan pada dada.
Kemudian membaca do’a iftitah :
ALLAHU AKBAR KABIRAAN WAL HAMDU LILLAHI KATSIIRAAN WASUBHAANALLAHI BUKRATAN WA ASHIILAA.
INNII WAJJAAHTU WAJHIYA LILLADZII FATHARASSAMAAWAATI WAL-ARDHA HANIIFAN MUSLIMAN WAMAAANAA MINAL MUSYRIKIIN.
INNA SHALAATII WANUSUKII .WAMAHYAAYA WAMAMAATI LILLAAHI RABBIL ‘AALAMIIN.
LAASYARIIKALAHU WABIDZAALIKA UMIRTU WA ANAA MINAL MUSLIMIN.
Artinya :
“Allah Maha Besar lagi sempurna Kcbesaran-Nya, segala puji bagi-Nya dan Maha Suci Allah sepanjang pagi dan sore. Kuhadapkan muka hatiku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan keadaan lurus dan menyerahkan diri dan aku bukanlah dari golongan kaum musyrikin. Sesungguhnya shalatku ibadatku, hidupku dan matiku semata hanya untuk Allah Seru sekalian alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan dengan aku diperintahkan untuk tidak menyekutukan bagi-Nya. Dan aku dari golongan orang muslimin”.
- Membaca Al Fatihah
Selesai membaca doa iftitah, sambil tangan tetap bersedekap kemudian kita membaca surat Al Fatihah :
BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM.
“ALHAMDU LILLAHI RABBIL ‘AALAMIIN. ARRAHMAANIRAHIIM. MAALIKI YAUMIDDIIN. IYYAAKA NA`BUDU WAIYYAAKA NASTA -`IIN. IHDINASH SHIRAATHAL MUSTAQIM. SHIRAATHAL LADZIINA AN-‘AMTA ‘ALAIHIM. GHAIRIL MAGHDHUUBI `ALAIHIM WALADH DHAAALLIIN”
AAMIIIN
Artinya :
“Dengan nama Allah pengasih dan penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Yang pengasih dan penyayang. Yang menguasai hari kemudian. Pada-Mu lah aku mengabdi dan kepada-Mu lah aku meminta pertolongan. Tunjukilah kami ke jalan yang lurus. Bagaikan jalannya orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat. Bukan jalan mereka yang pernah Engkau murkai, atau jalannya orang-orang yang sesat”.
Sesudah selesai membaca fatihah dalam raka’at yang pertama dan kedua bagi orang yang shalat sendirian atau imam disunatkan membaca surat atau ayat Al-Qur’an.
- Ruku`
Selesai membaca surat atau ayat Al Qur`an, lalu mengangkat kedua tangan setinggi telinga sambil membaca takbir “Allahu Akbar”, terus badannya membungkuk, kedua tangan kita memegang lutut dengan jari-jari tangan renggang dan posisi punggung dengan kepala rata.
Setelah cukup sempurna bacalah tasbih sebagai berikut, sebanyak tiga kali ;
SUBHAANA RABBIYAL ‘A-DZHIIMI WABIHAMDIH ( 3 x)
Artinya :
“Mahasuci Tuhan Maha Agung serta memujilah aku kepada-Nya”.
- I`tidal
Kemudian, sesudah melakukan ruku` kita lanjutkan dengan i`tidal.
Cara melakukan i`tidal dalam melaksanakan shalat yaitu bangkit berdiri tegak dengan mengangkat kedua belah tangan sejajar telinga sambil membaca bacaan berikut ;
SAMI `ALLAAHU LIMAN HAMIDAH
Artinya :
“Allah mendengar orang yang memuji-Nya”
Pada waktu berdiri tegak terus membaca ;
RABBANAA LAKAL HAMDU MIL-USSAMAAWAATI WA MIL-UL ARDHI WAMIL U MAA SYI’TA MIN SYAI IN BA’DU
Artinya :
“ Ya Allah Tuhan kami hanya milik-Mu lah segala puji, pujian sepenuh langit, sepenuh bumi, sepenuh apa yang ada diantara keduanya dan sepenuh segala sesuatu yang Engkau kehendaki dan setelahnya“.
Catt :
Apabila yang dikerjakan Shalat Subuh, setelah i’tidal dan membaca doa i’tidal pada rakaat terakhir, maka di sunatkan untuk membaca doa qunut lalu kemudian baru sujud dan bacaan doa qunut hukum-nya sunat ab’ad atau sunat yang diberatkan yang apabila ditinggalkan atau kelupaan maka di sunatkan pula untuk melakukan sujud sahwi.
Bacaan doa qunut sebagai berikut :
“BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM”
ALLAAHUMAHDINII FIIMAN HADAIT, WA AAFINII FIIMAN AAFAIT, WATAWALLANI FIIMANGTAWALLAIT, WABAARIKLII FIIMAA A TOIT, WAQINI BIRAHMATIKA SYARAMAA QADHAIT, FAINNAKATAQDHI WALAYUQDHA ALAIK, WAINNAHU LAYADZILLU MAWWALAIT, WALAYA IDZUMAN AADAIT, TABARAK TARABANNAA WATA AALAIT, FALAKAL HAMDU ALAMAA QADHAIT, ASTAG FIRUKA WA ATUUBU ILAIK, WASHALLALLOOHU ALA SAYYIDINAA MUHAMMADIN NABIYYIL UMMIYYI WA ALA AALIHI WASHAHBIHI WABAARIK WASALLIM.
Artinya :
“Ya allah semoga enggkau memberikan petunjuk kepadaku dengan orang yang telah engkau berikan petunjuk, Dan semoga engkau memberikan keselamatan kepadaku dengan orang yang telah engkau berikan keselamatan, Dan semoga engkau memberikan pertolongan kepadaku dengan orang yang telah engkau berikan pertolongan, Dan semoga engkau memberikan berkah kepadaku dari hay yang telah engkau tetapkan, Dan semoga engkau memeriksa kami dari rahmatmu dari keburukan yang telah engkau tetapkan, Dan sesungguhnya engkaulah yang maha menghukumi dan tidak ada yang bisa menghukummu, Dan sesungguhnya engkau tidak bisa hina, orang yang engkau sayang, Dengan tidak memulyakan orang yang di satru olehmu, Dan maha tinggi Allah maka tetap segala puji bagimu, Oleh hal yang sudah engkau hukum, Aku memohon pengampunan dan taubat kepadamu Dan semoga engkau menambahkan rahmatnya kepada muhammad yang menjadi nabi, Dan semua umat kanjeng nabi muhammad Dan para sahabatnya, Semoga allah menambahkan keberkahan dan keselamatan.”
- Sujud
Setelah i’tidal terus sujud meletakkan dahi dan beberapa anggota badan di tempat shalat, dan ketika turun seraya membaca “ALLAHU AKBAR”.
Sebaik-baik cara sujud ialah pertama-tama meletakkan ke dua lutut di atas tempat shalat lalu kedua tangan kemudian dahi dan dan hidung sambil merenggangkan kedua ujung kaki diatas tempat shalat, dengan bertuma`ninah.
Setelah sujud membaca bacaan tasbih sebagai berikut ;
SUBHAANA RABBIYAL A’LAA WABIHAMDIH
Artinya
“Maha suci Tuhan, serta memujilah aku kepada-Nya”.
- Duduk Antara Dua Sujud
Setelah sujud yang pertama segera mengangkat kepala sambil bertakbir lalu duduk iftirasy.
Duduk iftirasy yaitu duduk diatas mata kaki atau telapak kaki kiri, telapak kaki kanan di tegakkan dan ujung jari kaki kanan di tekuk menghadap kiblat (bila tidak menyusahkan).
Dalam duduk tersebut di sunatkan membaca :
RABBIGHFIRLI WARHAMNII WAJBURNII WARFA’NII WARZUQNI WAHDINII WA’AAFINI.
Artinya :
“Ya Allah, ampunilah dosaku, belas kasihanilah aku dan cukupkanlah segala kekurangan dan angkatlah derajat kami dan berilah rizqi kepadaku, dan. berilah aku petunjuk dan berilah kesehatan kepadaku dan berilah ampunan kepadaku”.
- Sujud Kedua
Sujud kedua, ketiga dan keempat dikerjakan seperti pada waktu sujud yang pertama, baik cara maupun bacaannya.
Dengan demikian selesailah sudah raka`at pertama dari shalat tersebut, kemudian berdiri lagi sambil mengucap takbir dan mengangkat kedua tangan untuk melaksanakan rakaat yang kedua.
Tata cara shalat pada raka`at kedua sama seperti yang cara shalat raka`at pertama, hanya saja tidak ada melafazkan bacaan niat dan tidak membaca lagi doa iftitah dan kita melakukan tasyahud awal bila shalat tiga raka’at atau empat raka’at.
Apabila kita shalat hanya dua rakaat seperti shalat shubuh kita akan melakukan tasyahud akhir di raka`at kedua (Tasyahud akhir dilakukan saat raka`at terakhir dalam shalat).
- Duduk Tasyahud Awal
Tata cara shalat pada raka’at kedua, kalau shalat kita tiga raka’at atau empat raka’at maka pada raka’at kedua ini kita duduk untuk membaca tasyahud/tahyat awal.
Caranya ialah duduk dengan kaki kanan tegak dan telapak kaki kiri diduduki (seperti duduk diantara dua sujud)
Ketika duduk tasyahud awal kita membaca do`a seperti di bawah ini ;
ATTAHIYAATUL MUBAARAKAATUSH SHALAWAA-TUTH THAYY1BAATU LILLAAH.
ASSALAAMU ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WARAHMATULLAAHI WABARAKAATUH.
ASSALAAMUALAINAA WA’ALAA `IBAADILLAAHISH SHAALIHHN.
ASY-HADU AL LAA ILAAHA ILLALLAAH, WA ASYHADUANNA MUHAMMADAR RASUULULLAAH.
ALLAAHUMMA SHALLI ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD.
Artinya :
“Segala kehormatan, keberkahan, kebahagiaan dan kebaikan bagi Allah. Salam, rahmat dan berkahNya kupanjatkan kepadamu wahai Nabi (Muhammad). Salam (keselamatan) semoga tetap untuk kami seluruh hamba yang shaleh-shaleh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah Limpahilah rahmat kepada Nabi Muhammad”
- Tasyahud Akhir
Cara duduk tasyahud akhir ;
- Pantat langsung ke tanah (tempat shalat), dan kaki kiri dimasukkan kebawah kaki kanan.
- Jari kaki kanan tetap menekan ke tanah.
Adapun bacaan saat sedang duduk tasyahud/tahyat akhir ialah ;
ATTAHIYAATUL MUBAARAKAATUSH SHALAWAA-TUTH THAYY1BAATU LILLAAH.
ASSALAAMU ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WARAHMATULLAAHI WABARAKAATUH.
ASSALAAMUALAINAA WA’ALAA `IBAADILLAAHISH SHAALIHHN.
ASY-HADU AL LAA ILAAHA ILLALLAAH, WA ASYHADUANNA MUHAMMADAR RASUULULLAAH.
ALLAAHUMMA SHALLI ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD.
WA ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMAD.
KAMA SHALLAITA ‘ALAA SAYYIDINAAIBRAAHIIM.
WA’ALAA AALI SAYYIDINAA IBRAAHIIM WABAARIK-‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD WA-‘ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMAD.
KAMAA BAARAKTA ALAA SAYYIDINAA IBRAAHIIM.
WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA IBRAAHIIM FIL’AALA MIINA INNAKA HAMIIDUM MAJIID.
Artinya :
“Segala kehormatan, keberkahan, kebahagiaan dan kebaikan bagi Allah. Salam, rahmat dan berkahNya kupanjatkan kepadamu wahai Nabi (Muhammad). Salam (keselamatan) semoga tetap untuk kami seluruh hamba yang shaleh-shaleh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah Limpahilah rahmat kepada Nabi Muhammad”
“Ya Allah limpahilah rahmat atas keluarga Nabi Muhammad. Sebagaimana pernah Engkau beri rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya.Dan limpahilah berkah atas Nabi Muhammad beserta para keluarganya. Sebagaimana Engkau memberi berkah kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Diseluruh alam semesta Engkaulah yang terpuji, dan Maha Mulia”
- Salam
Selesai tasyahud akhir, kemudian salam.
ketika membaca salam yang pertama muka kita menengok ke kanan.
Waktu membaca salam yang kedua muka kita menengok ke kiri, dengan masing-masing membaca :
ASSALAAMU ‘ALAIKUM WARAHMATULLAAH
Artinya :
“Keselamatan dan rahmat Allah semoga tetap pada kamu sekalian”
Dengan selesainya salam maka selesailah bahasan tata cara shalat fardhu kita, meskipun saya masih akan menyampaikan beberapa hal yang perlu anda ketahui tentang shalat, oke… langsung aja
MAKRUH DALAM SHALAT
Orang yang sedang shalat dimakruhkan melakukan hal-hal berikut ini :
- Menutup mulutmu rapat-rapat.
- Terbuka kepalanya.
- Memalingkan muka ke kiri dan ke kanan.
- Menengadah ke langit.
- Menahan hadas.
- Mengerjakan shalat diatas kuburan.
- Melakukan hal-hal yang mengurangi ke khusyu’an shalat.
Sumber :
http://www.madrasatun.com/tata-cara-shalat-fardhu-lima-waktu-lengkap/
http://www.kajianmuslim.net/2016/08/bacaan-doa-qunut-sholat-shubuh-lengkap-dengan-artinya.html
http://wahyuadiwinata.blogspot.com/2017/08/tata-cara-dan-bacaan-sholat-sesuai.html
Doa untuk orang tua yg sedang sakit parah
orang tua adalah orang menyanyangi kita dengan sepenuh hati. mulai dari kita kecil hingga dewasa ialah orang yang paling menyangi kita dari siapapun. namun seiring berjalannya usia terkadang penyakit mulai timbul. salah satu jalannya kita doakan agar cepat sembuh.
Sakit mana ada orang yang mau sakit, sebagai manusia pastilah ingin hidup sehat wal alfiat baik itu diusia muda belia atau lanjut usia, Sebagai seorang anak kita wajib mendoakan kedua orang tua kita, agar selalu dalam lindungan Allah SWT. inilah Doa Anak Buat Orang Tua Yang Sedang Sakit Keras
Keinginan untuk hidup bahagia sejahtera, bahkan terkadang ingin hidup selama lama nya. Namun, sebagai manusia biasa pada suatu saat pasti kita akan merasakan sakit juga. Entah sakit itu disebabkan penyakit jasmani ataupun rohani. Namun apapun itu penyakitnya semoga saja kita terhindar dari itu. Akan tetapi bagaimana jika penyakit tersebut terjadi pada orang terdekat Anda, misal: orang tua Anda. bagaimana bila orang terdekat anda sakit? Bagaimana perasaan Anda? pasti ikut hancur bukan? Apalagi biasanya orang tua kalau sakit tak kunjung sembuh pasti Anda akan merasakan takut kehilangan nya.Doa Anak Buat Orang Tua Yang Sedang Sakit Keras
Namun, apalah daya kita hanya manusia biasa yang hanya bisa berusaha dan berdoa. Bagi Anda yang memiliki orang tua sakit tak kunjung sembuh, sudah berobat kemana pun namun tak sembuh sembuh juga. Insya Allah ikhtiar doa dibawah ini bermanfaat bagi Anda. pengobatan islami dengan jimat atau rajah Berikut merupakan doa yang diajarkan oleh seorang yang ahli agama yang perlu kita tiru:
“Yaa Rabbi, Yaa Hayyu…Yaa ‘Adziim… Yaa Jabbaar… Yaa Kabiir… Yaa Mut’aal… Yaa Rahmaan… Yaa Rahiim… ini adalah ayahku, seorang hamba dari hamba-hambaMu, ia telah ditimpa penderitaan dan kami telah bersabar, kami Memuji Engkau…, kemi beriman dengan keputusan dan ketetapanMu baginya… Ya Allah…, sesungguhnya ia berada di bawah kehendak-Mu dan kasih sayang-Mu.., Wahai Engkau yang telah menyembuhkan nabi Ayyub dari penderitaannya, dan telah mengembalikan nabi Musa kepada ibunya… Yang telah menyelamatkan Nabi Yuunus dari perut ikan paus, Engkau Yang telah menjadikan api menjadi dingin dan keselamatan bagi Nabi Ibrahim… sembuhkanlah ayahku dari penderitaannya… Ya Allah… sesungguhnya mereka telah menyangka bahwasanya ia tidak mungkin lagi sembuh… Ya Allah milikMu-lah kekuasaan dan keagungan, sayangilah ayahku, angkatlah penderitaannya…” pengobatan dengan metode air berkah untuk kesembuhan segala penyakit Doa sakit yang diajarkan Rasulullah:
“Ya Alloh, Tuhan seluruh manusia, hilangkanlah sakit ini, sembuhkanlah, Engkaulah As-Syafi (Sang Penyembuh), tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit.” (HR. Bukhari 5675 dan Muslim 2191).
Cukup sekian paparan dari kami tentang
semoga keluarga kita semua dalam lindungan Allah SWT.
Doa Sebelum dan Sesudah Adzan
Doa Sebelum dan Sesudah Adzan – Adzan yang berkumandang di masjid atau mushola adalah tanda bahwa sudah datangnya waktu sholat. bagi umat muslim yang beriman kita harus melaksankan sholat wajib 5 waktu.
DOA SETELAH ADZAN – Sejatinya adzan merupakan sesuatu yang menjadi sahabat sehari-hari umat Muslim di seluruh dunia. Bagaimana tidak? Dalam sehari saja maka adzan dikumandangkan sebanyak 5 kali (sesuai waktu shalat), dan ini dalam satu mesjid saja, kemudian dikali dengan banyak mesjid yang adzan. Wah tentunya berbagai bunyi adzan yang berkumandang dalam sehari-harinya.
Adzan sendiri merupakan sebuah mengambarkan datangnya waktu shalat, dan juga sebagai panggilan atau undangan bagi kaum Muslimin terutama pria untuk segera meninggalkan segala kegiatannya dan pribadi berangkat ke mesjid untuk melakukan shalat berjamaah.
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa dengan mendengarkan adzan kemudian menjawab atau merespon adzan sesuai pedoman Islam, maka akan dijanjikan nirwana baginya.
Ada sebuah keutamaan sesudah adzan, ialah dengan membaca doa sesudah adzan. Lalu bagaimana doa sesudah adzan tersebut? Bagi Anda yang belum tahu, dibawah ini aku sajikan doa sesudah adzan dan doa sesudah iqomah.
Doa Setelah Adzan Beserta Latin dan Artinya
Pada dasarnya doa setelah adzan itu sama saja, baik itu doa setelah adzan Isya, Shubuh, Dhuhur, Ashar, maupun Maghrib.

Setelah adzan berkumandang, kita disunnahkan oleh Rasulullah SAW untuk mengerjakan beberapa amalan seperti yang tercantum di dalam Hadits Riwayat Bukhari. Salah satu amalan yang disebutkan ialah membaca doa setelah adzan.
Berikut ini lafal, latin, dan arti dari doa setelah adzan:
Latin: Allaahumma robba haadzihid da’watit taammati wash sholaatil qooimati aati muhammadanil wasiilata wal fadhiilata wasy syarofa wad darajatal ‘aaliyatar raofii’ata wab’atshu maqoomam mahmuudanil ladzii wa’adtahu, innaka laa tukhliful mii’aada yaa arhamar roohimiina.
Agar kita bisa mendapatkan salah satu keutamaan yaitu mendapatkan syafa’at dari Nabi Muhammad SAW, maka doa setelah adzan di atas harus kita amalkan ketika selesai mendengar adzan.
Hal ini berdasarkan hadits Riwayat Bukhari yang artinya:
Amalan Setelah Adzan Hingga Iqomah
Seperti yang sering kita dengar bahwa waktu diantara adzan dan iqomah merupakan waktu yang baik untuk berdoa, dimana doa itu akan dikabulkan. Oleh karena itu kita disunnahkan untuk memperbanyak doa pada waktu tersebut.
Hal tersebut berdasarkan hadits yang artinya:
Berikut ini beberapa amalan yang tercantum dalam hadits riwayat Muslim no.384, HR. Bukhari no.614, HR. Muslim no.386, HR. Abu Daud no.524 sebagaimana hal berikut:
- Petama yaitu mengucapkan/menjawab kalimat adzan seperti yang diucapkan oleh muadzin.
- Kedua adalah melafalkan shalawat Nabi dengan lafal “Allahumma sholli ‘ala Muhammad”.
- Kemudian yang ketiga yaitu membaca kalimat tauhid, yaitu “Asyhadu allaa ilaaha illallah, wahdahu laa syarikalah wa anna muhammadan ‘abduhuu wa rasuluuh. Rodhitu billahi robbaa, wa bi muhammadin rosulaa, wa bil islami diinaa”.
- Keempat yaitu membaca doa setelah adzan. Doanya seperti yang sudah disajikan di atas.
- Terakhir atau kelima adalah membaca doa yang menjadi hajat atau keinginan kita. Hal ini karena waktu setelah adzan merupakan salah satu waktu mustajab di dalam berdoa.
Doa Setelah Iqomah Beserta Latin dan Artinya
Barulah setelah iqomah di kumandangan, membaca doa sesudah iqomah.

Lalu apa itu Iqomah?
Pengertian iqomah atau iqamah menurut istilah ialah seruan, tanda, atau pemberitahuan bahwa shalat akan segera dimulai atau didirikan.
Kemudian Lafal Iqomah pun sama dengan adzan, hanya saja adzan di ucapkan masing-masing dua kali sedangkan untuk iqomat cukup diucapkan sekali saja. Sehingga iqomah ini bisa dibilang sebagai adzan yang kedua.
Iqomah sendiri disunnahkan diucapkan dengan sedikit cepat dibandingkan adzan, dan dilafalkan dengan memakai suara yang lebih rendah daripada saat Adzan.
Sama seperti halnya doa setelah adzan, maka setelah iqomah pun ada doanya tersendiri yang harus kita ketahui dan kita amalkan sebagai Muslim.
Berikut ini adalah bacaan doa setelah iqomah beserta latin dan artinya.
Doa Setelah Iqomah
Latin: Aqoomahallaahu wa adaamahaa maadamatis samaawaatu wal ardlu
“Semoga Allah selalu menegakkan dan mengekalkan adanya shalat selama langit dan bumi masih ada”
Jawaban Adzan
Berikut ini merupakan jawaban adzan:
Lafadz Adzan: اَللهُ اَكْبَر، اَللهُ اَكْبَر
Jawaban: اَللهُ اَكْبَر، اَللهُ اَكْبَر
Lafadz adzan: أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّاللهُ
Jawaban: أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّاللهُ
Lafadz adzan: اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
Jawaban: اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
Lafadz adzan: حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ
Jawaban: لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
Lafadz adzan: حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ
Jawaban: لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
Lafadz adzan: اَللهُ اَكْبَر، اَللهُ اَكْبَر
Jawaban: اَللهُ اَكْبَر، اَللهُ اَكْبَر
Lafadz adzan: لاَ إِلَهَ إِلاَّالله
Jawaban: لاَ إِلَهَ إِلاَّالله
Khusus untuk adzan subuh, setelah muadzin membaca lafadz “Hayya ‘Alal Falaah”, muadzin kemudian membaca lafadz “Asshalaatu khairum minan nauum”. Berikut ini lafadz adzan dan lafadz menjawabnya:
Lafadz Adzan Subuh
اَلصَّلاَةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ
Jawaban Adzan Subuh
صَدَقْتَ وَبَرَرْتَ وَاَنَا عَلَى ذَلِكَ مِنَالشَّاهِدِيْنَ
BACA JUGA: BAGAIMANA SIH CARA PENULISAN TULISAN ASSALAMUALAIKUM YANG BENAR?
Jarak Antara Adzan dan Iqomah
Mungkin beberapa dari Anda ada yang belum tahu mengenai hal ini. Anda pasti bertanya-tanya bahwa berapa lama sih jarak antara waktu sesudah adzan dan iqomah?

Berikut ini jawabannya: Dari ‘Ubay bin Ka’ab, Jabir bin ‘Abdillah, Abu Hurairah dan Salman al-Farisi, Nabi Shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
“Jadikan (waktu) antara adzan dan iqamahmu sesuai dengan orang yang tidak tergesa gesa dalam menunaikan hajatnya dan orang yang tidak tergesa gesa dalam menyelesaikan makannya”. (HR. Ahmad, Tirmidzi, dinilai hasan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Shahihah no. 887).
Dari hadits di atas menyebutkan bahwa waktu antara adzan dan iqomah yaitu seperti orang yang sedang makan dan dia tidak tergesa-gesa dalam makannya. Kemudian bisa kita tarik kesimpulan bahwa jarak antara adzan dan iqamah itu diperkirakan kira-kira antara 10-15 menit.
Dengan demikian, setiap mesjid yang mengumandangkan adzan tidak sepatutnya langsung mengumandangkan iqomah sesudah adzan selesai.
Hal ini adalah dalam rangka memberi kesempatan kepada jama’ah mesjid untuk mengerjakan sunnah-sunnah atau macam-macam ibadah yang bisa dikerjakan pada waktu antara adzan dan iqomah.
Dengan tidak terburu-buru langsung iqomah juga sambil memberi kesempatan kepada jama’ah yang telat datang agar bisa shalat berjamaah dari awal.
Amalan Antara Adzan dan Iqomah
Seperti yang kita ketahui bahwa waktu antara adzan dan iqomah adalah waktu mustajab untuk berdoa.
Selain itu, adakah amalan-amalan yang bisa kita lakukan ketika kita sudah hadir di mesjid dan menunggu iqamah dikumandangkan?
Tentu jawabannya ada! Berikut ini merupakan beberapa amalan yang bisa kita lakukan:

Orang yang duduk di mesjid dan menunggu shalat itu pahalanya seperti orang yang sedang shalat. Hal ini seperti yang disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya:
Berdoa

Berdoa pada waktu antara adzan dan iqomah merupakan amalan yang paling dianjurkan. Seorang muslim hendaknya benar-benar memanfaatkan waktu ini untuk berdoa atau memohon segala hajat dan kebutuhannya kepada Allah.
Karena sesungguhnya ini adalah waktu mustajab untuk berdoa. Seperti sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya:
Mendirikan Shalat sunnah

Untuk memanfaatkan waktu antara adzan dan iqomah, maka bisa dilakukan dengan mendirikan shalat sunnah. Ada beberapa macam shalat shalat sunnah yang bisa dilakukan, yaitu:
Pertama, shalat tahiyyatul masjid. Shalat ini disyariatkan bagi orang yang baru memasuki mesjid. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya:
Kedua, shalat sunnah rawatib. Shalat ini merupakan shalat untuk mengiringi shalat-shalat fardhu yang memiliki sunnah qabliyah rawatib, yaitu shalat subuh dan dzuhur. Abdullah bin Umar menuturkan:
Ketiga, shalat antara adzan dan iqomah. Pada shalat-shalat fardhu yang tidak memiliki sunnah qabliyyah rawatib, seseorang tetap disyariatkan melakukan shalat antara adzan dan iqomah. Ini sesuai sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Keempat, shalat setelah wudhu. Shalat ini dilakukan bagi orang yang baru selesai berwudhu dan air wudhunya masih basah. Shalat ini disyariatkan sesuai hadits:
Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi SAW bersabda kepada Bilal ketika waktu shalat fajar, “Wahai Bilal, ceritakan kepadaku amal yang diharapkan yang telah kau lakukan di dalam Islam, karena aku mendengar suara kedua sandalmu di surga.” Bilal berkata, “Tidak ada amalan yang paling diharapkan di sisiku, yaitu bahwa tidaklah aku bersuci pada waktu malam atau siang kecuali aku shalat dengan bersuci shalat yang aku sanggupi”. (HR Bukhari).
Membaca Al-Quran

Salah satu amalan yang bisa dilakukan ketika menunggu iqomah yaitu membaca Al-Quran. Pada waktu ini merupakan waktu yang sangat tepat untuk memperbanyak pahala dengan membaca Al-Quran. Kebaikan pada setiap hurufnya dinyatakan akan dilipatgandakan sebanyak sepuluh kali lipat.
Seperti sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya:
Membaca Istighfar

Membaca istighfar merupakan permohonan ampun kepada Allah SWT, tentunya hal ini termasuk salah satu amalan yang baik untuk dilakukan pada saat menunggu iqomah.
Banyak sekali ayat dan hadits yang menjelaskan keutamaan membaca istighfar. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saja beristighfar sebanyak tujuh puluh atau seratus kali dalam sehari. Hal ini menurut beberapa hadits.
Abu Hurairah menuturkan, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, yang artinya:
Dari Al Aghar bin Yasar Al Muzani radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, yang artinya:
Berdzikir

Dzikir merupakan sebuah amalan yang ringan di lisan tapi sangat besar dalam timbangan di akhirat nanti. Begitu banyak ayat Al-Quran atau hadits nabawi yang menjelaskan tentang keutamaan melakukan dzikir.
Rasulullah itu senantiasa meghabiskan waktunya untuk berdzikir. Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa berdzikir dalam setiap waktu dan keadaannya.” (HR Bukhari Muslim).
Waktu antara adzan dan iqomah juga menjadi waktu yang baik untuk berdzikir.
Dibawah ini saya sajikan kumandang adzan yang terkenal dan sering kita dengar, yaitu adzan Mekah.
Selanjutnya adalah adzannya Bilal bin Rabah.
*******
Demikianlah bacaan doa setelah adzan dan doa setelah iqomah lengkap dengan latin dan juga artinya.
Mari kita sama-sama memulai untuk terus mengamalkan doa-doa tersebut di dalam kehidupan sehari-hari kita.
Mulai sekarang, ketika mendengar suara adzan, mari kita tinggalkan segala urusan kita serta mendengarkan dan menjawab adzan yang kemudian diikuti dengan bersiap-siap berangkat ke mesjid untuk melaksanakan shalat berjamaah (bagi laki-laki).
Terimakasih sudah membaca, semoga bermanfaat.